Tuesday, 29 November 2011 | |
Setiap kali pemerintah merencanakan impor komoditas selalu diwarnai protes terutama dari kalangan wakil rakyat yang berkantor di Senayan.Namun,bisa dipastikan program impor komoditas tersebut tetap selalu mulus menembus pasar domestik. Kini giliran rencana pemerintah untuk mengimpor 500.000 ton gula guna mengamankan stok nasional pada awal tahun depan dipersoalkan, karena dinilai hanya akan menguntungkan pihak-pihak tertentu––dalam hal ini importir yang sudah telanjur menguasai perdagangan gula. Berdasarkan versi pemerintah,kebutuhan gula nasional untuk awal tahun depan dikhawatirkan tidak bisa terpenuhi. Sebagaimana diungkapkan Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi belum lama ini, produksi gula kristal putih (GKP) tahun ini diperkirakan hanya bisa terealisasi sebesar 2,3 hingga 2,4 juta ton dari target yang dipatok semula sebesar 2,7 hingga 2,8 juta ton. Target produksi yang meleset dari perencanaan berdampak pada penyediaan gula awal tahun depan. Untuk menutupi kekurangan tersebut, pemerintah harus mengimpor gula sebanyak 300.000-500.000 ton. Dengan melihat kondisi tersebut,gampang ditebak bagaimana dampak harga gula di pasar. Pelan tapi pasti harga gula mulai berfluktuasi sehingga pemerintah harus punya solusi segera untuk mengatasi kecenderungan harga yang mulai naik tersebut. Guna mengamankan harga gula di pasar supaya tidak fluktuatif, pemerintah setidaknya harus memiliki stok sebesar 1 juta pada awal tahun. Stok sebesar itu bisa mengamankan kebutuhan gula sekitar empat hingga lima bulan sebelum musim giling. Dengan stok gula yang memadai, pemerintah bisa mengontrol harga gula di pasaran sehingga para pedagang yang mencoba mengais keuntungan dari terbatasnya pasokan gula tak bisa lagi mempermainkan harga. Pemerintah memang tidak tinggal diam untuk menyelesaikan pemenuhan kebutuhan gula di dalam negeri.Upaya nyata yang kini sedang dalam proses adalah menuju swasembada gula yang dipatok terealisasi pada 2014. Namun, sungguh sangat disayangkan sikap pemerintah belum sepenuhnya satu tekad,Hal itu terlihat dari sikap Menteri Pertanian (Mentan) Suswono yang meragukan program Swasembada Gula itu bisa tercapai. Sedangkan Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Hatta Rajasa begitu optimistis program itu bisa terwujud sesuai target yang ditetapkan. Keraguan Suswono tersebut disampaikan dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI akhir Juni lalu. Dalam pertemuan tersebut, Mentan mengemukakan hambatan program swasembada yang terganjal pada masalah penyediaan lahan dan revitalisasi pabrik gula.“Skenario pencapaian swasembada gula sampai saat ini belum berjalan sesuai rencana,”katanya. Sementara itu, Menko Perekonomian begitu optimistis program swasembada itu terwujud dengan target produksi sebesar 5,7 juta ton,terdiri atas 2,96 juta GKP dan 2,74 juta ton gula rafinasi. Sikap optimistis itu didasari sejumlah langkah strategis yang sudah digariskan pemerintah. Karena itu,munculnya dua pernyataan dari pejabat negara yang saling bertentangan itu sangat membingungkan masyarakat. Padahal, industri gula nasional idealnya dapat bertumbuh dengan cepat dan baik, tidak perlu menunggu swasembada 2014 sebab diurus banyak kementerian. Tengok saja, untuk urusan perkebunan di bawah Kementerian Pertanian, bagian pabrik ditangani Kementerian Perindustrian dan Kementerian BUMN, penyediaan lahan oleh Kementerian Kehutanan,dan pengaturan tata niaga melibatkan Kementerian Perdagangan.Atau karena banyak yang urus akhirnya salah urus. |
Selasa, 29 November 2011
TAJUK, Pemerintah Impor Gula Lagi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar