FAKULTAS
ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
2011
RESUME BUKU “ MENGENAL CULTURAL
STUDIES FOR BEGINNERS”
Oleh:
Nama : Oktodinata
Nim : 07081002035
Jurusan : Sosiologi
Mata kuliah : Kapita Selekta Sosiologi
DOSEN PENGASUH
Dr.
Ridho Taqwa
FAKULTAS
ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
2011
Pengertian Cultural Studies
Cultural
studies adalah suatu bidang studi yang memikat “hangat”. Ia telah menjadi
kegemaran ditengah-tengah kalangan progresif-setidaknya karena budaya (culture)
sebagai tema atau topik studi telah mengggantikan masyarakat sebagai subjek
telaah umum di tengah kalangan tersebut.
Terlebih dahulu kita mengartikan apa itu budaya? Menurut antropolog Inggris, Sir E.B Taylor (1832-1917) dalam
bukunya Primitive Culture (1871)
budaya adalah keseluruhan yang kompleks
termasuk pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat-istidat, dan
kemampuan serta kebiasaan lain yang diperoleh manusia sebagai anggota
masyarakat.
Subjek dari Cultural Studies
Titik
pijakannya adalah sebuah gagasan tentang
budaya yang sangat luas dan mencakup segala hal
yang digunakan untuk menggambarkan dan mempelajari aneka praktik,
keterbatasan dalam prinsip, teori, dan metode. Tidak memilki teori dan
metodeloginya sendiri berfungsi meminjam secara bebas dari disiplin ilmu
sosial, humaniora dan seni mengambil teori antropologi, sosiologi, psikologi
linguistik, kritisme sastra, teori seni filsafat, ilmu politik dan mistologi.
Itulah sebabnya Cultural Studies
sering digambarkan sebagai “anti disiplin” –cara penyelidikan yang tidak
mengikuti baju pengekang disiplin-disiplin yang terlembagakan.
Karakteristik
Cultural Studies
1. Cultural Studies
bertujuan mengkaji pokok persoalannya dari sudut praktik kebudayaan dan
hubungannya dengan kekuasaan
2. Cultural Studies
tidak hanya studi tentang budaya, seakan-akan ia merupakan entitas tersendiri
yang terpisah dari konteks sosial dan politiknya
3. Budaya
dalam Cultural Studies selalu
menamlpilkan dua fungsi: ia sekligus merupakan objek studi maupun lokasi
tindakan dan kritisme politik.
4. Berupaya
mendamaikan pengotakan pengetahuan mengasumsikan suatu identitas bersama dan
kepentingan bersama.
5. Melibatkan
dirinya dengan evaluasi moral masyarakat modern dan dengan garis tindakan
poitik.
Penerapan
Cultural Studies: Semiotika
Sebuah
konsep utama dalam Cultural Studies
adalah konsep tanda (sign) tanda
memiliki tiga karakteristik dasar:
Ø Memiliki
bentuk yang konkret
Ø Merujuk
pada sesuatu yang bukan dirinya sendiri
Ø Dapat
dikenali kebanyakam orang sebagai tanda, yang dirujuk oleh tanda, asosiasi
mentalnya dikenal sebagai petanda (signified)
Tanda,
kode dan teks
Tanda
sering disusun sebagai kode, yang ditentukan oleh aturan-aturan implisit dan
eksplisit yang disepakati oleh anggota suatu kebudayaan atau kelompok sosial.
Teks hanya dapat diapresiasi secara utuh, jika dilihat dari konteks, kombinasi
tanda dan penandaan betul-betul dipertimbangkan, lingkungan umum tempat teks
tersebut berada juga diperhitungkan.
Representasi dari Yang-lain (The Other)
Proses dan produknya yang member
makna khusus pada tanda adalah reperesentasi. Representasi paling umum dari
Yang-lain adalah sebagai sisi tergelap, oposisi biner dari dirinya sendiri : kita beradap, mereka barbar;
kolonialis adalah pekerja keras, pribumi adalah pemalas.
Asal
–usul Cultural Studies
Berasal
dari Centre for Contemporary Cultural Studies
(CCCS) di Universitas Birmingham, tahun 1964. Menerbitkan edisi pertama Working
Papers in Cultural Studies dengan tujuan khusus mendefinisikan dan mengisi
ruang serta meletakkan Cultural Studies pada peta intelektual
Para Bapak Pendiri
Richard Hoggart
Hoggart
berarugumen bahwa pembacaan kritis terhadap seni dapat menampakkan “kualitas
perasaan kehidupan” suatu masyarakat . Hanya dengan yang dapat menciptakan
kembali kehidupan dalam segala keragaman dan komleksitasnya yang kaya. Dan
hanya seni yang sanggup membawa kita keluar dari pengalaman keseharian yan
terikat waktu, tetapi kelas pekerja terjepit diantara elit media dan elit seni
Raymond Williams
Adalah
melihat praktik melihat kebudayaan sebagai ekspresi spesifik dari komunitas
organic yang koheren dan melawan determinisme dalam berbagai bentuknya. Tetapi
praktik menetapkan nilai yang secara inheren dan permanen baik dan yang secara
inheren permanen buruk bukanlah suatu upaya tanpa noda. Nilai dapat digunakan
untuk mendukung dan menopang struktur
ideologis yang ada dan sebagai ekspresi yang merendahkan upaya-upaya umum dari
orang-orang awam.
E.P Thompson:
Memahami Kelas
Mencoba
menunjukkan bagaimana kelas pekerja Inggris muncul dala periode sejarah
tertentu. Beliau menemukan kembali perantara, perhatian, dan pengalaman massa
populasi Inggris yang telah diabaikan oleh tradisi sejarah konvensional yang
dominan, perbedaan utama dengan Marxis teoritis dan sosiolog adalah desakan
Thompson bahwa kelas adalah fenomena sejarah yang tidak dapat dipahami sebagai
struktur atau kategori.
Stuart Hall
Praktik
intelektual, berpendapat bahwa Cultural Studies perlu mempertahankan masalah
teoritis dan politis dalam ketegangan yang senantiasa tak terpecahkan namu
permanen, membiarkan keduanya saling membuat jengkel, mengacaukan da
menggannggu yang lain, mencoba menerima kekuatan-kekuatan yang bertentangan,
menggunakannya dan menyalurkannya dalam arah yang kreatif dan politis.
Masyarakat dikendalikan oleh konflik yang berdasarkan pada jenis kelamin, ras,
agama, dan wilayah, maupun kelas, budaya juga membentuk rasa identitas manusia
sama sperti ekonomi. Senantiasa bersikeras cultural studies sebenarnya dampak
berdampak praktis pada realitas. Dibandingakn dengan mendesaknya orang-orang
yang sekarat di jalanan, apa gunanya cultural studies, apa gunanya studi
tentang representasi, jika tidak ada respon atas neasehat bagi seseorang
bertanya apakah mereka sebaiknya memakai
obat untuk AIDS, dan jika hal tersebut
berarti bahwa mereka akan mati dua hari kemudian atau beberapa bulan
cepat.
Cultural Studies Inggris
Selama
pembentukannya, cultural studies Inggris sangat terpengaruh oleh New Left.
Memang pembentukan dan perkembangan Kiri Baru dipandang banyak sejarahwan
sebagai perintis jalan bagi cultural studies, penindasan Stalin yang brutal
terhadap pemberontakkan rakyat di Negara “Blok Soviet” Hongaria menjadi suatu
peristiwa yang menentukan bagi komunisme Eropa Barat. Banyak di antara mereka
yang mencela Marxisme ala Stalinis kemudian membentuk Kiri Bru. Para mahasiswa
dan intelektual dari bekas koloni inggris, yang berpindah ke golongan pinggiran
dan tidak pernah dibolehkan menjadi bagian lembaga-lembaga dominan Kiri
Inggris, telah memainkan peranan penting dalam pembentukan kiri baru.
Internasionalisme
Cultural Studies
Menurut
Stuart Hill inilah titik penting dalam memahami baik sejarah Cultural Studies
kiri baru maupun Inggris
Melebarkan
isu
Perilaku
kelompok-kelompok sperti mods, rocker, dan punk dipandang mewakili perlawanan simbolis
terhadap system dominan, cultural studies di inggris berfokus pada citra wanita
kemaskulinan dan sejarah seksualitas , mengkaji bagaimana masa lalu dihadirkan
di museum. Cultural Studies Inggris dibedakan menjadi dua : keragaman dan
orisinalitas yang luas biasa dari topik yang dikajinya, kedua; Cultural Studies
Inggris selalu memilki dimensi politik
Strukturalisme Althusser
Filosofi
Prancis Louis Althusser (1918-1990) mengimpor strkturalisme ke dalam marxisme
dalam upaya menjadikannya sebuah ilmu pengetahuan. Stukturalisme memiliki dua
aspek penting pertama, Pengakuan bahwa relasi yang berbeda adalah kunci untuk
memahami budaya dan masyarakat kedua, akibatnya struktur tidak mendahului
perwujudan relasi-relasi tersebut.
Pengaruh
Antonio Gramsci (1891-1937)
Ia
menyatakan keheranannya melihat para petani yang seharusnya bersimpati pada
kami, justru berkolaborasi melawan kepentingan kelas. Hal in dapat dicapai jika
kelas atas melengkapi kekuatan ekonomi mereka dengan menciptakan kepemimpinan
moral dan intelektual. Proses aktif ini yang beroperasi di sejumlah front,
akhirnya menimbulkan keseimbangan kompromi di antara kelas-kelas bersaing.
Hegemoni
Istilah
kunci dalam pemikiran Gramsci adalah hegemoni yang berarti hal yang mengikat
masyarakat tanpa menggunakan kekuatan. Gramsci berpendapat bahwa semua manusia
adalah intelektual. Tetapi tidak semua manusia dalam masyarkat memiliki fungsi
intelektual sejalan dengan ide “subaltern” Sepanjang sejarah Cultural studies,
gagasan Gramsci digunakan untuk menyingkap kecenderungan hegemonis tentang
posisi kebudayaan, intelektual dan filosofis yag beragam.
Kritik Cultural Studies Inggris
Dikritik
karena parokialisme dan anglosentrisme penekanannya yang berlebihan terhadap kelas dengan mengorbankan ras dan
jender juga perhatian berlebihan yang romantis terhadap gaya urban dan ritual
subkultur . Kebudayaan popular Inggris diproyeksikan sebagai suatu model
prototype untuk diikuti dunia Cultural Studies Inggris berbicara dari
pusat-pusat metropolitan Birmingham dan London lokasi tempat perhatian dan
persfektif pinggiran jarang dipertimbangkan. Cultural Studies Inggris berbicara
mengenai kelas pekerja, wanita, kulit hitam dan minoritas lain tetapi para
praktisinya sangat didominasi orang kulit putih kelas menengah. Berbicara
memuja bentuk-bentuk seni popular tertentu sebagai arketipe kebudayaan.
Migrasi Cultural Studies
Lokasi
baru perhatian Cultural Studies Inggris pada system kelas Inggris jadi tidak
relevan lagi, terpecah dan meninggalkan daratan Inggris bermigrasi Ke Amerika
Serikat, Kanada, Australia, Prancis dan India.
Cultural
Studies Amerika
Dalam
studi media, misalnya penekanan bergeser kearah etnografi khalayak. Peranan
teks-teks media dalam penciptaan formasi kebudayaan popular dikaji. Ada juga
tradisi minoritas studi komunikasi yang berusia lebih dari satu decade,
mendukung penafsiran komunikasi sebagai suatu cara penciptaan dan transformasi
budaya bersama. Karena itu Cultural Studies tidak terlalu sulit diadopsi dan
diserap secara capat dalam struktur kelembagaan akademik AS.
Cultural
Studies Kanada
Menaruh
perhatian terutama pada persoalan dan isu mengenai nasionalitas orang-orang
Kanada. Bagaimana orang-orang dari latar belakang yang beragam, tersebar di
wilayah luas dan berpopulasi sedikit seperti itu bisa berubah menjadi bangsa
yang padu. Bagaimana budaya Kanada melawan serangan gencar perbatasn selatan.
Berfokus pada penyelidikan tentang definisi dirinya sendiri.
Cultural
Studies Australia
Dirangkul
oleh gerakan nasionalis kritis dalam studi sastra di Australia, berupaya
memeriksa seluruh gagasan mengenai karakter nasional dalam film, sejarah, dan
teori sastra dengan berfokus pada lembaga wacan adan teks-teks local sebagai
tokohnya Mad Max.
Cultural
Studies Prancis
Pertanyaan
utama apakah pengetahuan kebudayaan (misalnya penguasaan bahasa) adalah basis
esensial untuk menjadi Prancis. Pada awalnya, Prancis mengikuti kebijakan
asimilasi sebagai tujuan akhir untuk mengangkat kebudayaan para imigran ke
level yang disebut kebudayaan Prancis, kemudian mengasimilasi mereka ke dalam
“Negara”
Pierre Bourdieu (1930)
Sosiolog
dan ahli pendidikan, adalah seorang eksponen cultural studies Prancis paling
terkemuka Dia secara seksama memperlihatkan adanya hubungan yang intrinsik dan
kompleks antara perjuangan bagi kekuasaan sosial dan penggunaan produk
kebudayaan oleh kelompok-kelompok sosial yang berbeda sebuah karya seni yang
memilki kepentingan dan makna hanya bagi mereka yang memiliki modal budaya dan
dapat membaca kode-kode yang disandikan.
Cultural
Studies Asia Selatan
Ada
tiga mahzab yang berbeda ( dan sering bertempur) dari cultural studies Asia
Selatan Para sarjana di Centre for study
of Developing Societies (CSDS), didirikan di Delhi pada 1963 mempraktikan satu
model khusus cultural studies yang berakar dalam pengetahuan sosial yang
berbentuk pribumi Karya teoritis dari Rajni Kothari, Ashis Nandy dan D.L. Sheth
diantara yang lain mempermasalahkan ide tentang budaya dan sains yang telah
distandarkan.
Para
sarjana CSDS memusatkan perhatian terhadap tiga isu utama isu pertama
berhubungan dengan pengalaman transformasi dan komunitas “pramodern” menuju
masyarakat modern.Isu kedua mengenai percakapan budaya ketidakmengertian
terkadang digunakan sebagai suatu metode yang bersifat provokatif secara
teoritis untuk studi pembentukan budaya. Isu ketiga melibatkan penemuan kembali
budaya dari mereka yang terpinggirkan secara politik oleh negara dan oleh
ideologi hegemonic tentang nasionalisme, secularisme, sifat ilmiah rasionalitas
dan universalisme budaya.
Cultural
Studies Sains
Areanya
adalah paling sensitif secara ideologis dari semuanya karena sains hingga kini
masih merupakan totem budaya secular eropa. Nilai memasuki sains dengan
sejumlah cara. Pintu masuknya pertama adalah seleksi permasalahan yang diteliti
–pemilihan masalah, siapa, yang membuat pilihan itu dan atas dasar apa.
Masyarakat, realitas politik dari system kekuasaan, prasangka dan system nilai
akan mempengaruhi bahkan sains yang peing murni sekalipun.
Nilai
juga memainkan bagian penting dalam menentukan apakah sesungguhnya yang
dipandang sebagai masalah dibandingkan dengan diabetes, bahkan walaupun
keduanya mengklaim menimbulkan jumlah korban yang sama. Di sini kecenderungan
politik dan ideologis dapat menyebabkan suatu masalah menjadi lebih menonjol ketimbang
masalah lain.
Pergeseran
Paradigma
Kuhn menilai bahwa sejarah sains tradisional
terlalu sederhana. Studinya tentang Aristoteles mengantarkannya ke wawasan yang
mencerahkan bahwa setiap perangkat teori memiliki validitasnya sendiri. Dari
sinilah muncul ide kuncinya tentang “paradigma” –landasan yang tak bisa
dipertanyakan ketika sains normal dilakukan, hingga munculnya krisis yang
diakibatkan oleh ketidakmampuan untuk maju dan akumulasi anomaly-anomali.
Catatan yang sangat masuk akal ini meninggalkan pertanyaan tentang kebenaran
dan kemajuan menjadi terbuka lebar. Dalam karya Kuhn, sains ditunjukkan
bersifat relative dan sungguh arbitrer.
Sains dibela..
Maka
muncullah reaksi dari para pembela sains konstruktivis, dekonstruksionis,
feminis dan segala macam ”- is” yang terefleksikan secara kritis pada sains
yang dipandang secara keseluruhan sebagai musuh dalam serangan balik yang
dipimpin oleh Paul Gross dan Norman Leavitt dalam karyanya Higher Superstition: The Academic Left and Its Quarrels with Science
(1994). Pendekatan senapan semacam itu tidak bisa memiliki focus yang tajam.
Tetapi , hal ini pada akhirnya disuplai oleh seorang fisikawan, Alan D. Sokal,
Dia menerbitkan sebuah naska olok-olok yang terkenal dalam jurnal terhormat
Social Text (1996). Sokal berpura-pura menulis tentang gravitasi kuantum,
tetapi membuat klaim absurb memberikan fakta yang salah da menafsirkan teori
secara keliru. Dia mengambil untuk diri sendiri argument dari seluruh penulis
yang berlebihan yang telah bekerja dalam Sosiologi dan cultural studies sains
dan membungkus seluruh naskanya dalam jargon Cultural Studies
Dan
Sains di(de) Konstruksi
Tesis
utama Cultural Studies sains telah dikonsolidasikan dalam formula berikut:
pengetahuan ilmiah dikonstruksikan secara sosial dan budaya, bukan ditemukan
Teori
Teknokultur
Ide
bahwa teknologi itu autonom adalah inti pemikiran kaum modernis Determinasi
teknologi menganggap adanya hubungan yang linier dan kausal antara kemajuan
teknologi dan perkembangan sosial. Teknologi itu sendiri dianggap netral dan
bebas dari kontaminasi budaya ideology . Anggapan ini memandang hubungan antara
masyarakat dan teknologi bersifat pasif dan ini menghalangi kita untuk
mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis. Unsur-unsur ini mencakup gaya hidup,
gagasan tentang sifat dan system pemikiran-disandikan atau direpresentasikan
dalam artefak teknologi tertentu.Istilah teknokultur itu sendiri menegaskan
adanya hubungan yang mendalam antara teknologi dan budaya dan mendorong kita
untuk menyadari bahwa “teknologi” jarang terpisah dari manusia.
Ciborg-nya
Haraway
Cyborg
dipandang sebagai organisme sibernetik sebagai hasil peleburan antara biologi
dan teknologi. Haraway membawa cyborg kemuka bumi dan mendefinisikannya sebagai
gagasan yang tak masuk akal , hibrida, mesin, dan organisme yang
diteoretisasikan serta dipabrikan makhluk dalam sebuah dunia pascagender yang
ditempa dalam praktik sejarah budaya yang khusus
Orientalisme
Digambarkan
sebagai “narasi terbesar” yang menghubungkan pengetahuan Barat dan
imperialisme. Meskipun Orientalisme dipandang sebagai teori umum mengenai
represntasi, diterapkan secara khusus pada Islam dan muslim. Secara spesifik,
Said mendefinisikan Orientalisme dalam istlah-istilah berikut:
1. Tradisi
klasik yang mempelajari suatu kawasan dengan menggunakan bahasa dan tulisan
yang ada di kawasan tersebut.
2. Definisi
kedua yang berhubungan dengan tradisi akademik.
3. Orientalisme,
tegas Said selalu “mengesampingkan Timur”
4. Said
mendefinisikan Orientalisme sebagai “institusi” korporasi yang berhubungan
dengan Timur.
Perintis
kepada Kaum Orientalisme
Dalam
Europe and Islam (1997), filosof dan
sejarahwan Tunisia,Hichem Djait , mengemukakan argument dan bukti tentang
representasi Eropa mengenai Islam yang sama dengan pandangan Said Dan Sosiolog
Malaysia , Syed Hussain Alatas dalam karyanya yang mungkin akan terus
berkembang di masa depan, The Myth of the Lazy Native (1977)
Kritik
Said
Orientalisme
diperdebatkan sebagai teori umum tentang semua representasi seluruh budaya non
Barat Dengan demikian perbedaannya:
Lokasi, mode, generalisasi. Said menolak –humanism-sebagai- sejarah kaum
Orientalisme adalah akibat samping dari tradisi in, yang kemudian tertarik pada
tradisi yang sama dalam pembelaannya untuk melawan representasi stereotype
non-Barat.
Wacana
Pos-Kolonial
Orientalisme
telah menelurkan seluruh aliran
penulisan kritis yang dikenal dengan berbagai cara sebagai studi poskolonial,
teori pos-kolonial, dan wacana pos-kolonial (tidak menyatakan secara langsung
setelah kolonialisme. Tokohnya:
·
Gayatri Spivak => Dunia ketiga adalah
kreasi Barat yang mengunci budaya non Barat dan bagaimana Barat memandang serta
memperlakukannyake dalam representasi imperial
·
Homi Bhabha=> menggunakan
psikoanalisis untuk membaca fenomena sejarah kolonialisme. Subjek colonial yang
dilepaskan yang dipersonalkan akhirnya menjadi objek yang tidak terhitung yang
senantiasa sulit ditempatkan.
·
Sara Suleri=> The rhetoric of English
India(1992) Menghadirkan gagasan Inggris India untuk menekankan bahwa tak ada
perbedaan antara sejarah colonial dan pos-kolonial dan untuk menunjukkan
kesinambungan antara Raj dan India Modern.
Ras
dan Identitas
Gagasan
tentang ras, identitas dan perbedaan adalah sentral bagi cultural studies.
Budaya non-Barat sering dipandang sebagai penghambat pembangunan dan ini
menimbulkan rasisme terhadap mereka yang dipandang sebagai di luar modernitas
atau anti modern.
Multikulturalisme
dan Kritiknya
Adalah
gagasan umum yang menggambarkan keberagaman ras yang hidup dalam harmoni
pluralistic cenderung mereproduksi sindrom sari, samosa, dan pita besi yaitu
memfokuskan pada manifestasi budaya yang
dangkal dan membuat eksotis. Tokohnya:
Ø Ali
Rattansi, menggambarkan pembentukan identitas etnik sebagai suatu proses
rasialisasi terjadi ketika wacan biologis dan quasi-biologis popular atau
terspesialisasi digunakan untuk melegitimasi proyek pembentukan subjek inklusi
dan eksklusi diskriminasi inferiorisasi, eksploitasi, penyalahgunaan verbal,
pelecehan fisikal dan kekerasan.
Ø Cornel
West (1953), intelektual Afro-Amerika identitas berkaitan dengan afiliasi-
sebuah kerinduan unutk memilki rasa aman, dan ketenangan.
Ø Bell
Hooks, Penulis Afro-Amerika, bell hooks benar-benar tanpa huruf capital
menekankan hubngan langsung antara perjuangan identitas dan politik. Dia
mengkritik mereka yang memandang identitas budaya sebagai “tidak keren” dan
tanda kemunduran politi, Dia tidak memandang identitas sebagai Kendal, tetapi
sebagai tahap dalam sebuah proses ketika seseorang membangun subjektivitas
kulit hitam radikal. Karena menghasilkan pilihan lain disamping asimilasi,
imitasi atau pemberontakkan.
Ø Henry
Louis Gates, Jr.
Tidak
perlu menghindarkan diri dari teori sastra,tetapi lebih baik menerjemahkannya ke dalam idiom kulit
hitam, menamai kembali prinsip-prinsip kritisme. Kritisme Afro-Amerika telah
berkembang melalui empat fase:
·
Estetika kulit hitam
·
Repetisi dan Imitasi
·
Repetisi dan diferensi
·
Sintesis, sebuah teori yang mendiri tetapi juga
terhubung lewat analogi dengan teori-teori lain.
Diaspora
Dari
bahasa Yunani berarti “penyebaran” esensialisnya diaspora adalah komunitas
minoritas yang hidup dalam pengasingan , yang paling terkenal adalah diaspora
kaum Yahudi
Ruang Diaspora
Melarang
pribumi imigran sebagai suatu kategori konseptual, ruang diaspora tidak
hanya didiami oleh pendatang tetapi juga
oleh mereka yang telah tinggal dan dikostruksi serta dipresentasikan sebagai
pribumi. Ruang diaspora adalah situs
tempat pribumi sesungguhnya adalah seorang diasporian, sebaliknya diasporian
adalah pribumi.
Black Atlantic
Gilroy
sebagai kategori analitis terbaru, dipandang sebagai unit tunggal yang kompleks
dan digunakan untuk menghasilkan persfektif intercultural dan transnasional
secara eksplisit. Ini akan melibatkan pemikiran ulang cara-cara sejarah politik
dan budaya kulit hitam Amerika telah dipahami dan ditampilkan.
Perempuan dan Gender
“Gender
memiliki dua makna, pertama; adalah kata yang berlawanan dengan “jenis kelamin”
yang merujuk konstruksi sosial berlawanan dengan determinasi biologis. Makan
kedua adalah konstruksi sosial apa saja
yang melibatkan pembedaan laki-laki dan perempuan
Perempuan
Mengangkat Isu (1960-1970)
Kehadiran
feminism mulai terasa, kebanyakan meamndang jenis kelamin sebagai dasar untuk
konstruksi gender.
|
1. Politik
liberal feminis liberal ( menekankan pentingnya persamaan dan kesempatan dalam
bidang pekerjaan, akses, kependidikan
dan perawatan anak)
2. Politik
budaya yang terpusat pada perempuan
3. Feminis
Marxis memandang gender sebagai fenomena budaya
4. Dalam
feminism posmo (postmodern) gender dan ras tidak memiliki makna yang tetap.
5. Feminis
kulit hitam dan non-Barat berkonsentrasi
pada rasisme dan kolonialisme dan memandang hal ini sebagai alat unutk memahami
relasi gender.
Teori
Queer
Homoseksulitas
( queerness) sebagai “kualitas yang berkaitan dengan akspresi apa saja yang
dapat ditandai sebagai kontra-, non-, atau anti heteroseksulitas. Teori Queer
menganalisis kode-kode ini dalam teks dan praktik sosial untuk menyingkapkan
dan menggantikannya dengan kondisi sosial dan seksual yang baru yang melampaui
dualitas hetero/homo tersebut dan merayakan perbedaan sosial.
Mempresentasikan
Homoseksualitas
Perilaku
seksualitas yang berbeda telah sejak awal. Homoseksualitas telah memberikan
sumbangsih tak ternilai bagi pengembangan budaya barat.
Menantang
Representasi
Budaya
Queer muncul untuk melawan representasi ini. Ia berkembang dalam tiga fase:
1) Budaya
intelektual Gay dan Lesbian mencakup tahun 1968-1975
2) Mencakup
tahun 1975-1980, ini adalah periode pembentukan komunitas dan politisasi
gerakan lesbian dan gay.
3) Dimulai
pertengahan 1980-an, ketika epidemi AIDS dan serangan balik antigay yang
dipimpin oleh golongan Kanan Baru (New Right) menghancurkan ilusi-ilusi abad
toleransi dan pengertian.
Media dan Budaya
Ada
empat komponen dasar dari industry media yang mengemas pesan dan produk
1. Pesan dan produk itu sendiri
2. Khalayak
yang meneguk pesan dan mengonsumsi produk
3. Teknologi
yang senantiasa berubah, yang membentuk baik industri maupun cara pesan
tersebut dikomunikasikan
4. Dan
penampakan akhir produk tersebut
Kode Media
Kode-kode
media dapat diinternalisasikan sebagai bentuk representasi mental. Jadi, orang
dapat dan sering berfikir dalam gambar bergerak dengan ikhlas baik, gerakan
cepat atau gerakan lambat pelarutan ke dalam waktu lain, tempat lain. Tapi kode
ini kde-kode ini dapat juga menjadi suatu bentuk halus periklanan.
Isu-Isu Dasar Representasi
Pertama,
ada pertanyaan tentang inklusi
Kedua,
bagaimanakah media merepresentasikan kelompok-kelompok budaya yang berbeda?
Ketiga,
peranan apa yang dilakoni oleh orang-orang dari kelompok budaya yan berbeda
dalam membentuk produk akhir-kontrol semacam apa yang mereka miliki dalam
proses produksi.
Globalisasi
Proses
yang mengubah dunia menjadi “desa buana”, secara cepat menyusutkan jarak,
memadatkan ruang dan waktu yang dikenal sebagai globalisasi
Globalisasi diantarkan
oleh tiga tren yang penting:
1. Gelombang
ekonomi liberalisasi yang dimulai pada 1980-an telah mencapai proporsi global
setelah jatuhnya komunisme.
2. Demokrasi
liberal secara luas diterima melintasi budaya dari Eropa Timur hungga afrika.
3. Tren
menuju universalisasi budaya Barat telah didukung oleh Holllywood, televisi,
satelit dll
Konsekuensi Globalisasi
Globalisasi
cenderung mempertahankan pola-pola imperialism ekonomi dan budaya Barat yang
sudah sangat terkenal. Ia mempromosikan seperangkat nilai dan praktik budaya
yang dominan –satu visi tentang cara
menjalani kehidupan dengan mengorbankan segala hal yang lain. Dan ini, memilki
konsekuensi praktis yang serius.
Melawan Globalisasi
Globalisasi
itu sendiri bisa saja diruntuhkan dengan kemunculan perdaban Asia . Inilah
argument The Asian Renaissance (1996) dari intelektual dan politisi Malaysia,
Anwar Ibrahim. Yaitu sebuah pengalaman yang lebih harmonis dan memperkaya
kehidupan rukun orang-orang dari budaya dan agama yang beragam. Masa depan
Global dengan demikian menjadi terbuka secara radikal daripada yang
diperkirakan proses globalisasi.
Kemanakah Cultural Studies Melangkah?
Cultural
Studies
telah
menjadi terlalu abstrak dan terlalu teknis, tercerai dari kehidupan dan
realitas orang-orang yang seharusnya ia berdayakan dan kepentingan seharusnya
dibuatkan strategi bagi perlawanan dan perjuangan hidup.
Para
kampiun Cultural Studies seharusnya tidak membuat klaim atas nama Cultural
Studies yang tidak dapat dibenarkan. CulturaRESUME BUKU “ MENGENAL CULTURAL
STUDIES FOR BEGINNERS”
Oleh:
Nama : Rosi Zuliastia
Nim : 07081002078
Jurusan : Sosiologi
Mata kuliah : Kapita Selekta Sosiologi
DOSEN PENGASUH
Dr.
Ridho Taqwa
FAKULTAS
ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
2011
RESUME BUKU “ MENGENAL CULTURAL
STUDIES FOR BEGINNERS”
Oleh:
Nama : Oktodinata
Nim : 07081002035
Jurusan : Sosiologi
Mata kuliah : Kapita Selekta Sosiologi
DOSEN PENGASUH
Dr.
Ridho Taqwa
FAKULTAS
ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
2011
Pengertian Cultural Studies
Cultural
studies adalah suatu bidang studi yang memikat “hangat”. Ia telah menjadi
kegemaran ditengah-tengah kalangan progresif-setidaknya karena budaya (culture)
sebagai tema atau topik studi telah mengggantikan masyarakat sebagai subjek
telaah umum di tengah kalangan tersebut.
Terlebih dahulu kita mengartikan apa itu budaya? Menurut antropolog Inggris, Sir E.B Taylor (1832-1917) dalam
bukunya Primitive Culture (1871)
budaya adalah keseluruhan yang kompleks
termasuk pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat-istidat, dan
kemampuan serta kebiasaan lain yang diperoleh manusia sebagai anggota
masyarakat.
Subjek dari Cultural Studies
Titik
pijakannya adalah sebuah gagasan tentang
budaya yang sangat luas dan mencakup segala hal
yang digunakan untuk menggambarkan dan mempelajari aneka praktik,
keterbatasan dalam prinsip, teori, dan metode. Tidak memilki teori dan
metodeloginya sendiri berfungsi meminjam secara bebas dari disiplin ilmu
sosial, humaniora dan seni mengambil teori antropologi, sosiologi, psikologi
linguistik, kritisme sastra, teori seni filsafat, ilmu politik dan mistologi.
Itulah sebabnya Cultural Studies
sering digambarkan sebagai “anti disiplin” –cara penyelidikan yang tidak
mengikuti baju pengekang disiplin-disiplin yang terlembagakan.
Karakteristik
Cultural Studies
1. Cultural Studies
bertujuan mengkaji pokok persoalannya dari sudut praktik kebudayaan dan
hubungannya dengan kekuasaan
2. Cultural Studies
tidak hanya studi tentang budaya, seakan-akan ia merupakan entitas tersendiri
yang terpisah dari konteks sosial dan politiknya
3. Budaya
dalam Cultural Studies selalu
menamlpilkan dua fungsi: ia sekligus merupakan objek studi maupun lokasi
tindakan dan kritisme politik.
4. Berupaya
mendamaikan pengotakan pengetahuan mengasumsikan suatu identitas bersama dan
kepentingan bersama.
5. Melibatkan
dirinya dengan evaluasi moral masyarakat modern dan dengan garis tindakan
poitik.
Penerapan
Cultural Studies: Semiotika
Sebuah
konsep utama dalam Cultural Studies
adalah konsep tanda (sign) tanda
memiliki tiga karakteristik dasar:
Ø Memiliki
bentuk yang konkret
Ø Merujuk
pada sesuatu yang bukan dirinya sendiri
Ø Dapat
dikenali kebanyakam orang sebagai tanda, yang dirujuk oleh tanda, asosiasi
mentalnya dikenal sebagai petanda (signified)
Tanda,
kode dan teks
Tanda
sering disusun sebagai kode, yang ditentukan oleh aturan-aturan implisit dan
eksplisit yang disepakati oleh anggota suatu kebudayaan atau kelompok sosial.
Teks hanya dapat diapresiasi secara utuh, jika dilihat dari konteks, kombinasi
tanda dan penandaan betul-betul dipertimbangkan, lingkungan umum tempat teks
tersebut berada juga diperhitungkan.
Representasi dari Yang-lain (The Other)
Proses dan produknya yang member
makna khusus pada tanda adalah reperesentasi. Representasi paling umum dari
Yang-lain adalah sebagai sisi tergelap, oposisi biner dari dirinya sendiri : kita beradap, mereka barbar;
kolonialis adalah pekerja keras, pribumi adalah pemalas.
Asal
–usul Cultural Studies
Berasal
dari Centre for Contemporary Cultural Studies
(CCCS) di Universitas Birmingham, tahun 1964. Menerbitkan edisi pertama Working
Papers in Cultural Studies dengan tujuan khusus mendefinisikan dan mengisi
ruang serta meletakkan Cultural Studies pada peta intelektual
Para Bapak Pendiri
Richard Hoggart
Hoggart
berarugumen bahwa pembacaan kritis terhadap seni dapat menampakkan “kualitas
perasaan kehidupan” suatu masyarakat . Hanya dengan yang dapat menciptakan
kembali kehidupan dalam segala keragaman dan komleksitasnya yang kaya. Dan
hanya seni yang sanggup membawa kita keluar dari pengalaman keseharian yan
terikat waktu, tetapi kelas pekerja terjepit diantara elit media dan elit seni
Raymond Williams
Adalah
melihat praktik melihat kebudayaan sebagai ekspresi spesifik dari komunitas
organic yang koheren dan melawan determinisme dalam berbagai bentuknya. Tetapi
praktik menetapkan nilai yang secara inheren dan permanen baik dan yang secara
inheren permanen buruk bukanlah suatu upaya tanpa noda. Nilai dapat digunakan
untuk mendukung dan menopang struktur
ideologis yang ada dan sebagai ekspresi yang merendahkan upaya-upaya umum dari
orang-orang awam.
E.P Thompson:
Memahami Kelas
Mencoba
menunjukkan bagaimana kelas pekerja Inggris muncul dala periode sejarah
tertentu. Beliau menemukan kembali perantara, perhatian, dan pengalaman massa
populasi Inggris yang telah diabaikan oleh tradisi sejarah konvensional yang
dominan, perbedaan utama dengan Marxis teoritis dan sosiolog adalah desakan
Thompson bahwa kelas adalah fenomena sejarah yang tidak dapat dipahami sebagai
struktur atau kategori.
Stuart Hall
Praktik
intelektual, berpendapat bahwa Cultural Studies perlu mempertahankan masalah
teoritis dan politis dalam ketegangan yang senantiasa tak terpecahkan namu
permanen, membiarkan keduanya saling membuat jengkel, mengacaukan da
menggannggu yang lain, mencoba menerima kekuatan-kekuatan yang bertentangan,
menggunakannya dan menyalurkannya dalam arah yang kreatif dan politis.
Masyarakat dikendalikan oleh konflik yang berdasarkan pada jenis kelamin, ras,
agama, dan wilayah, maupun kelas, budaya juga membentuk rasa identitas manusia
sama sperti ekonomi. Senantiasa bersikeras cultural studies sebenarnya dampak
berdampak praktis pada realitas. Dibandingakn dengan mendesaknya orang-orang
yang sekarat di jalanan, apa gunanya cultural studies, apa gunanya studi
tentang representasi, jika tidak ada respon atas neasehat bagi seseorang
bertanya apakah mereka sebaiknya memakai
obat untuk AIDS, dan jika hal tersebut
berarti bahwa mereka akan mati dua hari kemudian atau beberapa bulan
cepat.
Cultural Studies Inggris
Selama
pembentukannya, cultural studies Inggris sangat terpengaruh oleh New Left.
Memang pembentukan dan perkembangan Kiri Baru dipandang banyak sejarahwan
sebagai perintis jalan bagi cultural studies, penindasan Stalin yang brutal
terhadap pemberontakkan rakyat di Negara “Blok Soviet” Hongaria menjadi suatu
peristiwa yang menentukan bagi komunisme Eropa Barat. Banyak di antara mereka
yang mencela Marxisme ala Stalinis kemudian membentuk Kiri Bru. Para mahasiswa
dan intelektual dari bekas koloni inggris, yang berpindah ke golongan pinggiran
dan tidak pernah dibolehkan menjadi bagian lembaga-lembaga dominan Kiri
Inggris, telah memainkan peranan penting dalam pembentukan kiri baru.
Internasionalisme
Cultural Studies
Menurut
Stuart Hill inilah titik penting dalam memahami baik sejarah Cultural Studies
kiri baru maupun Inggris
Melebarkan
isu
Perilaku
kelompok-kelompok sperti mods, rocker, dan punk dipandang mewakili perlawanan simbolis
terhadap system dominan, cultural studies di inggris berfokus pada citra wanita
kemaskulinan dan sejarah seksualitas , mengkaji bagaimana masa lalu dihadirkan
di museum. Cultural Studies Inggris dibedakan menjadi dua : keragaman dan
orisinalitas yang luas biasa dari topik yang dikajinya, kedua; Cultural Studies
Inggris selalu memilki dimensi politik
Strukturalisme Althusser
Filosofi
Prancis Louis Althusser (1918-1990) mengimpor strkturalisme ke dalam marxisme
dalam upaya menjadikannya sebuah ilmu pengetahuan. Stukturalisme memiliki dua
aspek penting pertama, Pengakuan bahwa relasi yang berbeda adalah kunci untuk
memahami budaya dan masyarakat kedua, akibatnya struktur tidak mendahului
perwujudan relasi-relasi tersebut.
Pengaruh
Antonio Gramsci (1891-1937)
Ia
menyatakan keheranannya melihat para petani yang seharusnya bersimpati pada
kami, justru berkolaborasi melawan kepentingan kelas. Hal in dapat dicapai jika
kelas atas melengkapi kekuatan ekonomi mereka dengan menciptakan kepemimpinan
moral dan intelektual. Proses aktif ini yang beroperasi di sejumlah front,
akhirnya menimbulkan keseimbangan kompromi di antara kelas-kelas bersaing.
Hegemoni
Istilah
kunci dalam pemikiran Gramsci adalah hegemoni yang berarti hal yang mengikat
masyarakat tanpa menggunakan kekuatan. Gramsci berpendapat bahwa semua manusia
adalah intelektual. Tetapi tidak semua manusia dalam masyarkat memiliki fungsi
intelektual sejalan dengan ide “subaltern” Sepanjang sejarah Cultural studies,
gagasan Gramsci digunakan untuk menyingkap kecenderungan hegemonis tentang
posisi kebudayaan, intelektual dan filosofis yag beragam.
Kritik Cultural Studies Inggris
Dikritik
karena parokialisme dan anglosentrisme penekanannya yang berlebihan terhadap kelas dengan mengorbankan ras dan
jender juga perhatian berlebihan yang romantis terhadap gaya urban dan ritual
subkultur . Kebudayaan popular Inggris diproyeksikan sebagai suatu model
prototype untuk diikuti dunia Cultural Studies Inggris berbicara dari
pusat-pusat metropolitan Birmingham dan London lokasi tempat perhatian dan
persfektif pinggiran jarang dipertimbangkan. Cultural Studies Inggris berbicara
mengenai kelas pekerja, wanita, kulit hitam dan minoritas lain tetapi para
praktisinya sangat didominasi orang kulit putih kelas menengah. Berbicara
memuja bentuk-bentuk seni popular tertentu sebagai arketipe kebudayaan.
Migrasi Cultural Studies
Lokasi
baru perhatian Cultural Studies Inggris pada system kelas Inggris jadi tidak
relevan lagi, terpecah dan meninggalkan daratan Inggris bermigrasi Ke Amerika
Serikat, Kanada, Australia, Prancis dan India.
Cultural
Studies Amerika
Dalam
studi media, misalnya penekanan bergeser kearah etnografi khalayak. Peranan
teks-teks media dalam penciptaan formasi kebudayaan popular dikaji. Ada juga
tradisi minoritas studi komunikasi yang berusia lebih dari satu decade,
mendukung penafsiran komunikasi sebagai suatu cara penciptaan dan transformasi
budaya bersama. Karena itu Cultural Studies tidak terlalu sulit diadopsi dan
diserap secara capat dalam struktur kelembagaan akademik AS.
Cultural
Studies Kanada
Menaruh
perhatian terutama pada persoalan dan isu mengenai nasionalitas orang-orang
Kanada. Bagaimana orang-orang dari latar belakang yang beragam, tersebar di
wilayah luas dan berpopulasi sedikit seperti itu bisa berubah menjadi bangsa
yang padu. Bagaimana budaya Kanada melawan serangan gencar perbatasn selatan.
Berfokus pada penyelidikan tentang definisi dirinya sendiri.
Cultural
Studies Australia
Dirangkul
oleh gerakan nasionalis kritis dalam studi sastra di Australia, berupaya
memeriksa seluruh gagasan mengenai karakter nasional dalam film, sejarah, dan
teori sastra dengan berfokus pada lembaga wacan adan teks-teks local sebagai
tokohnya Mad Max.
Cultural
Studies Prancis
Pertanyaan
utama apakah pengetahuan kebudayaan (misalnya penguasaan bahasa) adalah basis
esensial untuk menjadi Prancis. Pada awalnya, Prancis mengikuti kebijakan
asimilasi sebagai tujuan akhir untuk mengangkat kebudayaan para imigran ke
level yang disebut kebudayaan Prancis, kemudian mengasimilasi mereka ke dalam
“Negara”
Pierre Bourdieu (1930)
Sosiolog
dan ahli pendidikan, adalah seorang eksponen cultural studies Prancis paling
terkemuka Dia secara seksama memperlihatkan adanya hubungan yang intrinsik dan
kompleks antara perjuangan bagi kekuasaan sosial dan penggunaan produk
kebudayaan oleh kelompok-kelompok sosial yang berbeda sebuah karya seni yang
memilki kepentingan dan makna hanya bagi mereka yang memiliki modal budaya dan
dapat membaca kode-kode yang disandikan.
Cultural
Studies Asia Selatan
Ada
tiga mahzab yang berbeda ( dan sering bertempur) dari cultural studies Asia
Selatan Para sarjana di Centre for study
of Developing Societies (CSDS), didirikan di Delhi pada 1963 mempraktikan satu
model khusus cultural studies yang berakar dalam pengetahuan sosial yang
berbentuk pribumi Karya teoritis dari Rajni Kothari, Ashis Nandy dan D.L. Sheth
diantara yang lain mempermasalahkan ide tentang budaya dan sains yang telah
distandarkan.
Para
sarjana CSDS memusatkan perhatian terhadap tiga isu utama isu pertama
berhubungan dengan pengalaman transformasi dan komunitas “pramodern” menuju
masyarakat modern.Isu kedua mengenai percakapan budaya ketidakmengertian
terkadang digunakan sebagai suatu metode yang bersifat provokatif secara
teoritis untuk studi pembentukan budaya. Isu ketiga melibatkan penemuan kembali
budaya dari mereka yang terpinggirkan secara politik oleh negara dan oleh
ideologi hegemonic tentang nasionalisme, secularisme, sifat ilmiah rasionalitas
dan universalisme budaya.
Cultural
Studies Sains
Areanya
adalah paling sensitif secara ideologis dari semuanya karena sains hingga kini
masih merupakan totem budaya secular eropa. Nilai memasuki sains dengan
sejumlah cara. Pintu masuknya pertama adalah seleksi permasalahan yang diteliti
–pemilihan masalah, siapa, yang membuat pilihan itu dan atas dasar apa.
Masyarakat, realitas politik dari system kekuasaan, prasangka dan system nilai
akan mempengaruhi bahkan sains yang peing murni sekalipun.
Nilai
juga memainkan bagian penting dalam menentukan apakah sesungguhnya yang
dipandang sebagai masalah dibandingkan dengan diabetes, bahkan walaupun
keduanya mengklaim menimbulkan jumlah korban yang sama. Di sini kecenderungan
politik dan ideologis dapat menyebabkan suatu masalah menjadi lebih menonjol ketimbang
masalah lain.
Pergeseran
Paradigma
Kuhn menilai bahwa sejarah sains tradisional
terlalu sederhana. Studinya tentang Aristoteles mengantarkannya ke wawasan yang
mencerahkan bahwa setiap perangkat teori memiliki validitasnya sendiri. Dari
sinilah muncul ide kuncinya tentang “paradigma” –landasan yang tak bisa
dipertanyakan ketika sains normal dilakukan, hingga munculnya krisis yang
diakibatkan oleh ketidakmampuan untuk maju dan akumulasi anomaly-anomali.
Catatan yang sangat masuk akal ini meninggalkan pertanyaan tentang kebenaran
dan kemajuan menjadi terbuka lebar. Dalam karya Kuhn, sains ditunjukkan
bersifat relative dan sungguh arbitrer.
Sains dibela..
Maka
muncullah reaksi dari para pembela sains konstruktivis, dekonstruksionis,
feminis dan segala macam ”- is” yang terefleksikan secara kritis pada sains
yang dipandang secara keseluruhan sebagai musuh dalam serangan balik yang
dipimpin oleh Paul Gross dan Norman Leavitt dalam karyanya Higher Superstition: The Academic Left and Its Quarrels with Science
(1994). Pendekatan senapan semacam itu tidak bisa memiliki focus yang tajam.
Tetapi , hal ini pada akhirnya disuplai oleh seorang fisikawan, Alan D. Sokal,
Dia menerbitkan sebuah naska olok-olok yang terkenal dalam jurnal terhormat
Social Text (1996). Sokal berpura-pura menulis tentang gravitasi kuantum,
tetapi membuat klaim absurb memberikan fakta yang salah da menafsirkan teori
secara keliru. Dia mengambil untuk diri sendiri argument dari seluruh penulis
yang berlebihan yang telah bekerja dalam Sosiologi dan cultural studies sains
dan membungkus seluruh naskanya dalam jargon Cultural Studies
Dan
Sains di(de) Konstruksi
Tesis
utama Cultural Studies sains telah dikonsolidasikan dalam formula berikut:
pengetahuan ilmiah dikonstruksikan secara sosial dan budaya, bukan ditemukan
Teori
Teknokultur
Ide
bahwa teknologi itu autonom adalah inti pemikiran kaum modernis Determinasi
teknologi menganggap adanya hubungan yang linier dan kausal antara kemajuan
teknologi dan perkembangan sosial. Teknologi itu sendiri dianggap netral dan
bebas dari kontaminasi budaya ideology . Anggapan ini memandang hubungan antara
masyarakat dan teknologi bersifat pasif dan ini menghalangi kita untuk
mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis. Unsur-unsur ini mencakup gaya hidup,
gagasan tentang sifat dan system pemikiran-disandikan atau direpresentasikan
dalam artefak teknologi tertentu.Istilah teknokultur itu sendiri menegaskan
adanya hubungan yang mendalam antara teknologi dan budaya dan mendorong kita
untuk menyadari bahwa “teknologi” jarang terpisah dari manusia.
Ciborg-nya
Haraway
Cyborg
dipandang sebagai organisme sibernetik sebagai hasil peleburan antara biologi
dan teknologi. Haraway membawa cyborg kemuka bumi dan mendefinisikannya sebagai
gagasan yang tak masuk akal , hibrida, mesin, dan organisme yang
diteoretisasikan serta dipabrikan makhluk dalam sebuah dunia pascagender yang
ditempa dalam praktik sejarah budaya yang khusus
Orientalisme
Digambarkan
sebagai “narasi terbesar” yang menghubungkan pengetahuan Barat dan
imperialisme. Meskipun Orientalisme dipandang sebagai teori umum mengenai
represntasi, diterapkan secara khusus pada Islam dan muslim. Secara spesifik,
Said mendefinisikan Orientalisme dalam istlah-istilah berikut:
1. Tradisi
klasik yang mempelajari suatu kawasan dengan menggunakan bahasa dan tulisan
yang ada di kawasan tersebut.
2. Definisi
kedua yang berhubungan dengan tradisi akademik.
3. Orientalisme,
tegas Said selalu “mengesampingkan Timur”
4. Said
mendefinisikan Orientalisme sebagai “institusi” korporasi yang berhubungan
dengan Timur.
Perintis
kepada Kaum Orientalisme
Dalam
Europe and Islam (1997), filosof dan
sejarahwan Tunisia,Hichem Djait , mengemukakan argument dan bukti tentang
representasi Eropa mengenai Islam yang sama dengan pandangan Said Dan Sosiolog
Malaysia , Syed Hussain Alatas dalam karyanya yang mungkin akan terus
berkembang di masa depan, The Myth of the Lazy Native (1977)
Kritik
Said
Orientalisme
diperdebatkan sebagai teori umum tentang semua representasi seluruh budaya non
Barat Dengan demikian perbedaannya:
Lokasi, mode, generalisasi. Said menolak –humanism-sebagai- sejarah kaum
Orientalisme adalah akibat samping dari tradisi in, yang kemudian tertarik pada
tradisi yang sama dalam pembelaannya untuk melawan representasi stereotype
non-Barat.
Wacana
Pos-Kolonial
Orientalisme
telah menelurkan seluruh aliran
penulisan kritis yang dikenal dengan berbagai cara sebagai studi poskolonial,
teori pos-kolonial, dan wacana pos-kolonial (tidak menyatakan secara langsung
setelah kolonialisme. Tokohnya:
·
Gayatri Spivak => Dunia ketiga adalah
kreasi Barat yang mengunci budaya non Barat dan bagaimana Barat memandang serta
memperlakukannyake dalam representasi imperial
·
Homi Bhabha=> menggunakan
psikoanalisis untuk membaca fenomena sejarah kolonialisme. Subjek colonial yang
dilepaskan yang dipersonalkan akhirnya menjadi objek yang tidak terhitung yang
senantiasa sulit ditempatkan.
·
Sara Suleri=> The rhetoric of English
India(1992) Menghadirkan gagasan Inggris India untuk menekankan bahwa tak ada
perbedaan antara sejarah colonial dan pos-kolonial dan untuk menunjukkan
kesinambungan antara Raj dan India Modern.
Ras
dan Identitas
Gagasan
tentang ras, identitas dan perbedaan adalah sentral bagi cultural studies.
Budaya non-Barat sering dipandang sebagai penghambat pembangunan dan ini
menimbulkan rasisme terhadap mereka yang dipandang sebagai di luar modernitas
atau anti modern.
Multikulturalisme
dan Kritiknya
Adalah
gagasan umum yang menggambarkan keberagaman ras yang hidup dalam harmoni
pluralistic cenderung mereproduksi sindrom sari, samosa, dan pita besi yaitu
memfokuskan pada manifestasi budaya yang
dangkal dan membuat eksotis. Tokohnya:
Ø Ali
Rattansi, menggambarkan pembentukan identitas etnik sebagai suatu proses
rasialisasi terjadi ketika wacan biologis dan quasi-biologis popular atau
terspesialisasi digunakan untuk melegitimasi proyek pembentukan subjek inklusi
dan eksklusi diskriminasi inferiorisasi, eksploitasi, penyalahgunaan verbal,
pelecehan fisikal dan kekerasan.
Ø Cornel
West (1953), intelektual Afro-Amerika identitas berkaitan dengan afiliasi-
sebuah kerinduan unutk memilki rasa aman, dan ketenangan.
Ø Bell
Hooks, Penulis Afro-Amerika, bell hooks benar-benar tanpa huruf capital
menekankan hubngan langsung antara perjuangan identitas dan politik. Dia
mengkritik mereka yang memandang identitas budaya sebagai “tidak keren” dan
tanda kemunduran politi, Dia tidak memandang identitas sebagai Kendal, tetapi
sebagai tahap dalam sebuah proses ketika seseorang membangun subjektivitas
kulit hitam radikal. Karena menghasilkan pilihan lain disamping asimilasi,
imitasi atau pemberontakkan.
Ø Henry
Louis Gates, Jr.
Tidak
perlu menghindarkan diri dari teori sastra,tetapi lebih baik menerjemahkannya ke dalam idiom kulit
hitam, menamai kembali prinsip-prinsip kritisme. Kritisme Afro-Amerika telah
berkembang melalui empat fase:
·
Estetika kulit hitam
·
Repetisi dan Imitasi
·
Repetisi dan diferensi
·
Sintesis, sebuah teori yang mendiri tetapi juga
terhubung lewat analogi dengan teori-teori lain.
Diaspora
Dari
bahasa Yunani berarti “penyebaran” esensialisnya diaspora adalah komunitas
minoritas yang hidup dalam pengasingan , yang paling terkenal adalah diaspora
kaum Yahudi
Ruang Diaspora
Melarang
pribumi imigran sebagai suatu kategori konseptual, ruang diaspora tidak
hanya didiami oleh pendatang tetapi juga
oleh mereka yang telah tinggal dan dikostruksi serta dipresentasikan sebagai
pribumi. Ruang diaspora adalah situs
tempat pribumi sesungguhnya adalah seorang diasporian, sebaliknya diasporian
adalah pribumi.
Black Atlantic
Gilroy
sebagai kategori analitis terbaru, dipandang sebagai unit tunggal yang kompleks
dan digunakan untuk menghasilkan persfektif intercultural dan transnasional
secara eksplisit. Ini akan melibatkan pemikiran ulang cara-cara sejarah politik
dan budaya kulit hitam Amerika telah dipahami dan ditampilkan.
Perempuan dan Gender
“Gender
memiliki dua makna, pertama; adalah kata yang berlawanan dengan “jenis kelamin”
yang merujuk konstruksi sosial berlawanan dengan determinasi biologis. Makan
kedua adalah konstruksi sosial apa saja
yang melibatkan pembedaan laki-laki dan perempuan
Perempuan
Mengangkat Isu (1960-1970)
Kehadiran
feminism mulai terasa, kebanyakan meamndang jenis kelamin sebagai dasar untuk
konstruksi gender.
|
1. Politik
liberal feminis liberal ( menekankan pentingnya persamaan dan kesempatan dalam
bidang pekerjaan, akses, kependidikan
dan perawatan anak)
2. Politik
budaya yang terpusat pada perempuan
3. Feminis
Marxis memandang gender sebagai fenomena budaya
4. Dalam
feminism posmo (postmodern) gender dan ras tidak memiliki makna yang tetap.
5. Feminis
kulit hitam dan non-Barat berkonsentrasi
pada rasisme dan kolonialisme dan memandang hal ini sebagai alat unutk memahami
relasi gender.
Teori
Queer
Homoseksulitas
( queerness) sebagai “kualitas yang berkaitan dengan akspresi apa saja yang
dapat ditandai sebagai kontra-, non-, atau anti heteroseksulitas. Teori Queer
menganalisis kode-kode ini dalam teks dan praktik sosial untuk menyingkapkan
dan menggantikannya dengan kondisi sosial dan seksual yang baru yang melampaui
dualitas hetero/homo tersebut dan merayakan perbedaan sosial.
Mempresentasikan
Homoseksualitas
Perilaku
seksualitas yang berbeda telah sejak awal. Homoseksualitas telah memberikan
sumbangsih tak ternilai bagi pengembangan budaya barat.
Menantang
Representasi
Budaya
Queer muncul untuk melawan representasi ini. Ia berkembang dalam tiga fase:
1) Budaya
intelektual Gay dan Lesbian mencakup tahun 1968-1975
2) Mencakup
tahun 1975-1980, ini adalah periode pembentukan komunitas dan politisasi
gerakan lesbian dan gay.
3) Dimulai
pertengahan 1980-an, ketika epidemi AIDS dan serangan balik antigay yang
dipimpin oleh golongan Kanan Baru (New Right) menghancurkan ilusi-ilusi abad
toleransi dan pengertian.
Media dan Budaya
Ada
empat komponen dasar dari industry media yang mengemas pesan dan produk
1. Pesan dan produk itu sendiri
2. Khalayak
yang meneguk pesan dan mengonsumsi produk
3. Teknologi
yang senantiasa berubah, yang membentuk baik industri maupun cara pesan
tersebut dikomunikasikan
4. Dan
penampakan akhir produk tersebut
Kode Media
Kode-kode
media dapat diinternalisasikan sebagai bentuk representasi mental. Jadi, orang
dapat dan sering berfikir dalam gambar bergerak dengan ikhlas baik, gerakan
cepat atau gerakan lambat pelarutan ke dalam waktu lain, tempat lain. Tapi kode
ini kde-kode ini dapat juga menjadi suatu bentuk halus periklanan.
Isu-Isu Dasar Representasi
Pertama,
ada pertanyaan tentang inklusi
Kedua,
bagaimanakah media merepresentasikan kelompok-kelompok budaya yang berbeda?
Ketiga,
peranan apa yang dilakoni oleh orang-orang dari kelompok budaya yan berbeda
dalam membentuk produk akhir-kontrol semacam apa yang mereka miliki dalam
proses produksi.
Globalisasi
Proses
yang mengubah dunia menjadi “desa buana”, secara cepat menyusutkan jarak,
memadatkan ruang dan waktu yang dikenal sebagai globalisasi
Globalisasi diantarkan
oleh tiga tren yang penting:
1. Gelombang
ekonomi liberalisasi yang dimulai pada 1980-an telah mencapai proporsi global
setelah jatuhnya komunisme.
2. Demokrasi
liberal secara luas diterima melintasi budaya dari Eropa Timur hungga afrika.
3. Tren
menuju universalisasi budaya Barat telah didukung oleh Holllywood, televisi,
satelit dll
Konsekuensi Globalisasi
Globalisasi
cenderung mempertahankan pola-pola imperialism ekonomi dan budaya Barat yang
sudah sangat terkenal. Ia mempromosikan seperangkat nilai dan praktik budaya
yang dominan –satu visi tentang cara
menjalani kehidupan dengan mengorbankan segala hal yang lain. Dan ini, memilki
konsekuensi praktis yang serius.
Melawan Globalisasi
Globalisasi
itu sendiri bisa saja diruntuhkan dengan kemunculan perdaban Asia . Inilah
argument The Asian Renaissance (1996) dari intelektual dan politisi Malaysia,
Anwar Ibrahim. Yaitu sebuah pengalaman yang lebih harmonis dan memperkaya
kehidupan rukun orang-orang dari budaya dan agama yang beragam. Masa depan
Global dengan demikian menjadi terbuka secara radikal daripada yang
diperkirakan proses globalisasi.
Kemanakah Cultural Studies Melangkah?
Cultural
Studies
telah
menjadi terlalu abstrak dan terlalu teknis, tercerai dari kehidupan dan
realitas orang-orang yang seharusnya ia berdayakan dan kepentingan seharusnya
dibuatkan strategi bagi perlawanan dan perjuangan hidup.
Para
kampiun Cultural Studies seharusnya tidak membuat klaim atas nama Cultural
Studies yang tidak dapat dibenarkan. Cultural Studies bukanlah
ideology ataupun agama , Ia tidak member makna dan arah kepada mereka yang
mengikuti atau menggunakannya. Ia tidak, dan tidak dapat mengajari kita cara
menjalani kehidupan yang baik dan bermoral.
KEUNTUNGANNYA
Benar-benar bisa larut dalam disiplin lain,
seperti sosiologi antropologi atau psikologi.Itu sangat disayangkan. Namun
sebagai suatu istilah kolektif bagi sejumlah usaha intelektual yang beragam dan
sering suka beerdebat yang membongkar kekuasaan dalam bentuknya yang ada
dimana-mana, Cultural Studies memiliki masa depan hebat.
l Studies bukanlah
ideology ataupun agama , Ia tidak member makna dan arah kepada mereka yang
mengikuti atau menggunakannya. Ia tidak, dan tidak dapat mengajari kita cara
menjalani kehidupan yang baik dan bermoral.
KEUNTUNGANNYA
Benar-benar bisa larut dalam disiplin lain,
seperti sosiologi antropologi atau psikologi.Itu sangat disayangkan. Namun
sebagai suatu istilah kolektif bagi sejumlah usaha intelektual yang beragam dan
sering suka beerdebat yang membongkar kekuasaan dalam bentuknya yang ada
dimana-mana, Cultural Studies memiliki masa depan hebat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar