Post under
inspirasi dan motivasi
Diposkan oleh
Elsa
Gambar
di atas adalah gambar dua ekor kucing saya yang saya ambil 14 Februari
2010 lalu. Kucing yang lebih kecil di belakang adalah Tomblok, sang
induk, dan yang lebih besar adalah Kipply, sang anak.
Saya memang suka kucing, dan di rumah saya selalu ada kucing. Tomblok dan Kipply hanyalah dua dari beberapa ekor kucing lain yang pernah saya miliki.
Saya suka membebaskan kucing-kucing saya, jadi mereka bebas berkeliaran ke mana saja. Jadi, saya tak segan untuk mengeluarkan mereka tiap malam, agar mereka tidak ”membuat berantakan” seisi rumah.
Setiap pagi dini hari, mereka selalu membangunkan saya dengan mengeong dan kadang memanjat jendela dari luar rumah. Kadang baru jam 2 – 3 dini hari mereka sudah minta masuk rumah, jadi saya tidak perlu menyalakan alarm untuk shalat tahajud
Suatu pagi, seperti biasa saya memberi makan kucing saya. Namun, yang ada waktu itu hanya Kipply, dan sang induk tak terlihat.
Saya kira cuma sehari ia pergi, karena biasanya memang seperti itu. Ternyata, memang sejak saat itu Tomblok tak pernah terlihat.
Saya memang sempat merasa sedih, karena ia sudah menjadi bagian dari keluarga. Saya merasa kehilangan, karena tak akan ada lagi Tomblok yang mengikuti saya ke Masjid untuk shalat tarawih, seperti saat bulan Puasa tiba tahun-tahun sebelumnya. Bahkan, ia juga pernah mengikuti ayah saya ke Masjid ketika shalat subuh, dan menunggu beliau sampai selesai dan pulang ke rumah.
Tapi itulah risikonya. Itulah apa yang harus saya alami, karena saya membebaskan kucing-kucing saya.
Tapi, di balik hilangnya Tomblok, tentu ada sisi lain yang lebih baik. Sebab, hidup ini memiliki hukum polaritas, di mana selalu ada dua sisi dari sesuatu, seperti halnya koin.
Misalnya, di balik Era Depresi di Amerika dahulu, bukan hanya orang-orang menjadi miskin, namun banyak juga orang-orang yang menjadi kaya. Di balik kegagalan seseorang, pasti ada pelajaran yang bisa diambil agar hidupnya menjadi lebih baik.
Untuk masalah kucing tadi, saya teringat akan 3 hal yang bisa kita gunakan untuk mengatasi kesedihan atau masalah:
1. Ada orang lain yang masalahnya lebih berat
Dalam e-book “Kekuatan Pikiran dalam Membangun Karakter” berdasarkan karya RW Trine, disebutkan bahwa kita cenderung melihat masalah kita sendiri, dan tidak melihat dengan jelas masalah orang lain, sehingga kita berpikir bahwa masalah kita tidak setimbang dengan masalah mereka.
Padahal, setiap orang punya masalah sendiri, dan ada kemungkinan masalahnya lebih besar.
Untuk ini, saya jadi ingat satu kucing Joe Vitale, penulis buku best seller yang pernah tampil dalam film The Secret, bernama Tiger yang harus pergi untuk selamanya. Selain karena saya sangat terinspirasi oleh Joe sendiri, masalah saya ternyata tidak seberapa dengannya. Saya harus kehilangan Tomblok ketika ia sudah bersama saya selama 3 tahun, sementara Tiger harus pergi setelah bersama Joe selama kurang lebih 20 tahun.
Saya pernah menemukan satu kutipan yang saya baca di buku the Millionaire Mindset dari Gerry Robert yang juga menggambarkan hal ini:
2. Melihat sisi positifnya
Poin ini sama seperti artikel tentang "Kisah Rambut dan Berpikir Positif".
Kucing saya yang satu ini memang suka mengikuti ke mana majikannya pergi, seperti yang saya ceritakan tadi. Karena itu, saya sering khawatir dan berpikir “bagaimana kalau nanti ia menyebrang jalan dan tertabrak mobil?”, atau “bagaimana kalau nanti kesasar?”
Sekarang, saya hanya memiliki Kipply yang tak suka mengikuti majikannya. Jadi, saya tak perlu khawatir, karena ia selalu ada di dekat rumah. Selain itu, saya juga bisa menghemat uang, karena makanan kucing yang harus saya beli menjadi berkurang.
3. Seperti halnya sebuk gergaji
Anda pasti sering mendengar pepatah, “nasi sudah menjadi bubur”, atau “don’t cry over a spilt milk” (jangan menangisi susu yang sudah tumpah).
Perumpamaan yang maksudnya sama, namun lebih mengena pernah diutarakan oleh Fred Fuller Shedd dalam buku Dale Carnegie “How to Stop Worrying and Start Living”. Suatu ketika, Fred bertanya pada mahasiswa-mahasiswa di sebuah universitas, yang kira-kira percakapannya seperti ini:
“Siapakah yang pernah menggergaji kayu?”
Tentu saja mahasiswa-mahasiswa tadi mengangkat tangan mereka.
Lalu, Fred bertanya lagi ”Siapakah yang pernah menggergaji serbuk gergaji?”
Tentu saja tak ada yang mengangkat tangan sama sekali.
Anda tentu bisa melihat, bahwa ini sama halnya dengan masa lalu.
Buat apa menggergaji serbuk gergaji? Tak ada gunanya, bukan?
Buat apa merisaukan masa lalu? Masa lalu sudah lewat, dan kita hanya bisa mengambil pelajaran darinya.
Itulah 3 hal di balik hilangnya kucing saya. Semoga bisa menjadi inspirasi bagi Anda yang juga kehilangan hewan peliharaan, atau menghadapi masalah lain.
Saya memang suka kucing, dan di rumah saya selalu ada kucing. Tomblok dan Kipply hanyalah dua dari beberapa ekor kucing lain yang pernah saya miliki.
Saya suka membebaskan kucing-kucing saya, jadi mereka bebas berkeliaran ke mana saja. Jadi, saya tak segan untuk mengeluarkan mereka tiap malam, agar mereka tidak ”membuat berantakan” seisi rumah.
Setiap pagi dini hari, mereka selalu membangunkan saya dengan mengeong dan kadang memanjat jendela dari luar rumah. Kadang baru jam 2 – 3 dini hari mereka sudah minta masuk rumah, jadi saya tidak perlu menyalakan alarm untuk shalat tahajud
Suatu pagi, seperti biasa saya memberi makan kucing saya. Namun, yang ada waktu itu hanya Kipply, dan sang induk tak terlihat.
Saya kira cuma sehari ia pergi, karena biasanya memang seperti itu. Ternyata, memang sejak saat itu Tomblok tak pernah terlihat.
Saya memang sempat merasa sedih, karena ia sudah menjadi bagian dari keluarga. Saya merasa kehilangan, karena tak akan ada lagi Tomblok yang mengikuti saya ke Masjid untuk shalat tarawih, seperti saat bulan Puasa tiba tahun-tahun sebelumnya. Bahkan, ia juga pernah mengikuti ayah saya ke Masjid ketika shalat subuh, dan menunggu beliau sampai selesai dan pulang ke rumah.
Tapi itulah risikonya. Itulah apa yang harus saya alami, karena saya membebaskan kucing-kucing saya.
Tapi, di balik hilangnya Tomblok, tentu ada sisi lain yang lebih baik. Sebab, hidup ini memiliki hukum polaritas, di mana selalu ada dua sisi dari sesuatu, seperti halnya koin.
Misalnya, di balik Era Depresi di Amerika dahulu, bukan hanya orang-orang menjadi miskin, namun banyak juga orang-orang yang menjadi kaya. Di balik kegagalan seseorang, pasti ada pelajaran yang bisa diambil agar hidupnya menjadi lebih baik.
Untuk masalah kucing tadi, saya teringat akan 3 hal yang bisa kita gunakan untuk mengatasi kesedihan atau masalah:
1. Ada orang lain yang masalahnya lebih berat
Dalam e-book “Kekuatan Pikiran dalam Membangun Karakter” berdasarkan karya RW Trine, disebutkan bahwa kita cenderung melihat masalah kita sendiri, dan tidak melihat dengan jelas masalah orang lain, sehingga kita berpikir bahwa masalah kita tidak setimbang dengan masalah mereka.
Padahal, setiap orang punya masalah sendiri, dan ada kemungkinan masalahnya lebih besar.
Untuk ini, saya jadi ingat satu kucing Joe Vitale, penulis buku best seller yang pernah tampil dalam film The Secret, bernama Tiger yang harus pergi untuk selamanya. Selain karena saya sangat terinspirasi oleh Joe sendiri, masalah saya ternyata tidak seberapa dengannya. Saya harus kehilangan Tomblok ketika ia sudah bersama saya selama 3 tahun, sementara Tiger harus pergi setelah bersama Joe selama kurang lebih 20 tahun.
Saya pernah menemukan satu kutipan yang saya baca di buku the Millionaire Mindset dari Gerry Robert yang juga menggambarkan hal ini:
“The man with no shoes grumbled in the street until he met the man with no feet.”(Orang yang tak memiliki sepatu mengeluh di jalan sampai ia bertemu orang yang tak memiliki kaki.)
2. Melihat sisi positifnya
Poin ini sama seperti artikel tentang "Kisah Rambut dan Berpikir Positif".
Kucing saya yang satu ini memang suka mengikuti ke mana majikannya pergi, seperti yang saya ceritakan tadi. Karena itu, saya sering khawatir dan berpikir “bagaimana kalau nanti ia menyebrang jalan dan tertabrak mobil?”, atau “bagaimana kalau nanti kesasar?”
Sekarang, saya hanya memiliki Kipply yang tak suka mengikuti majikannya. Jadi, saya tak perlu khawatir, karena ia selalu ada di dekat rumah. Selain itu, saya juga bisa menghemat uang, karena makanan kucing yang harus saya beli menjadi berkurang.
3. Seperti halnya sebuk gergaji
Anda pasti sering mendengar pepatah, “nasi sudah menjadi bubur”, atau “don’t cry over a spilt milk” (jangan menangisi susu yang sudah tumpah).
Perumpamaan yang maksudnya sama, namun lebih mengena pernah diutarakan oleh Fred Fuller Shedd dalam buku Dale Carnegie “How to Stop Worrying and Start Living”. Suatu ketika, Fred bertanya pada mahasiswa-mahasiswa di sebuah universitas, yang kira-kira percakapannya seperti ini:
“Siapakah yang pernah menggergaji kayu?”
Tentu saja mahasiswa-mahasiswa tadi mengangkat tangan mereka.
Lalu, Fred bertanya lagi ”Siapakah yang pernah menggergaji serbuk gergaji?”
Tentu saja tak ada yang mengangkat tangan sama sekali.
Anda tentu bisa melihat, bahwa ini sama halnya dengan masa lalu.
Buat apa menggergaji serbuk gergaji? Tak ada gunanya, bukan?
Buat apa merisaukan masa lalu? Masa lalu sudah lewat, dan kita hanya bisa mengambil pelajaran darinya.
Itulah 3 hal di balik hilangnya kucing saya. Semoga bisa menjadi inspirasi bagi Anda yang juga kehilangan hewan peliharaan, atau menghadapi masalah lain.