Jumat, 25 November 2011

Target AS setelah Libya adalah Papua


Kasus di Libya hampir sama dengan kasus Timor Timur, dengan alasan HAM,
Demokrasi dan PBB akhirnya Timor Timur Lepas dari Indonesia. Dibawah
tekanan Australia, Amerika dan PBB atas nama HAM dan Demokrasi, akhirnya
pemerintah BJ Habibie saat itu tidak sanggup lagi menghadapi tekanan
politik yang bertubi-tubi dari para penjajah Kapitalis yang mengincar
Minyak di celah Timor.begitu juga dengan libya, dengan alasan HAM AS dan sekutunya menyerang
pemerintahan Khadafi padahal ujung2nya ingin menguasai minyak di libya.
Menurut pengamat militer ibu Connie Rahakundini Bakrie skenario AS
menyerang libya dan timur tengah sudah di rancang dari awal. karena
semua negara tersebut terdapat sumber minyak bumi yang besar. Bahkan Ibu
connie menambahi kalau sasaran AS selanjutnya adalah papua. wow..benar-benar mengagetkan..!!!!
Pernyataan ibu connie pada siaran tv one sabtu 26/3 2011 bukannya tanpa
dasar. Kabar Papua menjadi target AS berikutnya sudah beredar di
kalangan intelejen. Sebuah sumber di lingkungan Departemen Luar Negeri mengungkap adanya
usaha intensif dari beberapa anggota kongres dari Partai Demokrat
Amerika kepada Organisasi Papua Merdeka (OPM) untuk membantu proses ke
arah kemerdekaan Papua secara bertahap. Karena dengan tampilnya Presiden Barrack Obama di tahta kepresidenan
Gedung Putih, praktis politik luar negeri Amerika amat diwarnai oleh
haluan Partai Demokrat yang memang sangat mengedepankan soal hak-hak
asasi manusia. Karena itu tidak heran jika Obama dan beberapa politisi
Demokrat yang punya agenda memerdekakan Papua lepas dari Indonesia,
sepertinya memang akan diberi angin.
Beberapa fakta lapangan mendukung informasi sumber kami di Departemen Luar Negeri tersebut. Betapa tidak. Dalam dua bulan terakhir ini, US House of Representatives, telah mengagendakan agar DPR Amerika tersebut
mengeluarkan rancangan FOREIGN RELATION AUTHORIZATION ACT (FRAA) yang secara spesifik memuat referensi khusus mengenai Papua.


Kalau RUU ini lolos, berarti ada beberapa elemen strategis di Washington
yang memang berencana mendukung sebuah opsi untuk memerdekakan Papua
secara bertahap. Dan ini berarti, sarana dan perangkat yang akan
dimainkan Amerika dalam menggolkan opsi ini adalah, melalui operasi
intelijen yang bersifat tertutup dan memanfaatkan jaringan bawah tanah
yang sudah dibina CIA maupun intelijen Departemen Luar Negeri Amerika.

Karena itu, Departemen Luar Negeri RI haruslah siap dari sekarang untuk
mengantisipasi skenario baru Amerika dalam menciptakan aksi
destabilisasi di Papua. Berarti, Departemen Luar Negeri harus mulai
menyadari bahwa Amerika tidak akan lagi sekadar menyerukan berbagai
elemen di TNI maupun kepolisian untuk menghentikan adanya
pelanggaran-pelanggaran HAM oleh aparat keamanan.
campur tangan Amerika dengan skenarionya berusaha agar Papua lepas dari
NKRI.  Amerika tentu punya alasan agar Papua lepas dari Indonesia, Papua
adalah mutiara hitam dari timur, sebuah tanah yang kaya raya, dengan
kekayaan alam yang luar biasa banyaknya serta kandungan emas di bukit
Freeport yang melimpah membuat para Kapitalis penajajah serakah ngiler
dibuatnyaPadahal kalau kita tahu pembagian royalty freeport indonesia hanya mendapat 1 %,
sedangkan asing mendapat 99%.
sungguh lucu yah..masa tukang cangkul hasilnya jauh lebih banyak dari yang punya tanah.
Alasan utama yang menjadi isu pemisahan Papua dari NKRI adalah
Kemiskinan, pemerintah Indonesia yang tidak mampu mengentaskan
kemiskinan di Papua menyebabkan isu-isu sparatis berkembang.

http://endanesia.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar