Selasa, 14 Februari 2012

Jatuh Cinta Bikin Pria Lebih 'Manis' dari pada Bayi

TEMPO.CO , Tel Aviv - Jatuh cinta benar-benar membuat Anda lebih punya naluri saat melihat bayi, terutama jika Anda seorang pria. Sebuah penelitian menunjukkan, orang yang tengah dimabuk asmara menunjukkan aktivasi yang lebih besar di area otak yang terkait dengan rasa "keibuan" ketika mereka melihat bayi daripada mereka yang single.

Hal ini terutama terjadi pada pria, yang mungkin mengisyaratkan bayi tak ada dalam pikiran mereka di awal hubungan. "Pria mungkin khawatir tentang keinginan pasangannya untuk memiliki bayi, dan perhatian mereka yang meningkat terhadap rangsangan bayi didasarkan pada ketakutan dan kebutuhan yang harus lebih dijaga," kata Ruth Feldman dari Bar-Ilan University di Ramat Gan, Israel, yang memimpin penelitian.

Tim Feldman menggunakan elektroencephalografi untuk memonitor aktivitas otak 65 relawan, termasuk orang tua baru, pasangan kekasih baru, dan bujangan saat mereka melihat gambar bayi, termasuk gambar orang tua si bayi.

Saat melihat gambar bayi, orang tua dan orang yang tengah jatuh cinta menunjukkan aktivasi yang lebih besar di daerah otak yang berhubungan dengan pengasuhan, seperti nucleus accumbens, cingulate anterior, dan amigdala. Hal yang sama tak ditemukan pada relawan yang masih bujangan. Tanggapan bahkan lebih besar pada orang tua yang melihat anak mereka sendiri.

Ibu dan laki-laki yang jatuh cinta bahkan menunjukkan aktivasi sedikit lebih besar di bagian otak itu ketimbang ayah dan wanita yang tengah jatuh cinta.

"Ini menunjukkan bahwa meski para pencinta tidak menyadarinya, secara fisiologis mereka bersiap-siap untuk merespons bayi," kata Helen Fisher dari Rutgers University di New York, penulis buku Why We Love.

Hal ini menjungkirbalikkan asumsi umum bahwa pria kurang tertarik pada bayi dibanding wanita. "Ini menunjukkan bahwa kita benar-benar tidak mengerti pria," kata Fisher, seperti dikutip situs New Scientist.

Fisher baru saja menerbitkan hasil survei terhadap 6.000 laki-laki dan perempuan di AS. Hasilnya, pria secara signifikan lebih mungkin membuat komitmen jangka panjang dengan seseorang yang tidak menarik mereka secara seksual tapi memenuhi semua kriteria yang mereka cari.

"Pria jatuh cinta lebih cepat dan lebih sering ketimbang perempuan," kata Fisher. "Mereka lebih cenderung ingin mempertontonkan hubungan asmaranya pada tahun pertama ketimbang wanita."

Dalam studi terpisah, Feldman dan rekan-rekan menemukan bahwa jatuh cinta juga mampu menyangga emosi negatif. Mereka menunjukkan 55 orang yang terngah kasmaran dan 57 orang lajang yang diminta menonton sebuah tayangan yang memicu emosi negatif. Elektroda digunakan untuk memantau emosi mereka.

Hasilnya, sementara para lajang menunjukkan tanda-tanda stres ketika menonton film-film negatif, mereka yang tengah kasmaran tampaknya tidak terpengaruh. "Euforia jatuh cinta itu seperti buffer pelindung, sehingga kita tidak benar-benar menanggapi emosi negatif," kata Feldman.

Ia mengurai makna evolusi jatuh cinta: dengan menekan emosi negatif, pasangan baru merasa lebih mudah membentuk ikatan saling percaya satu sama lain. "Kami membutuhkan sebuah ketenangan untuk membiarkan diri kita jatuh cinta, jika tidak ada rasa aman," kata Feldman.

"Ini menunjukkan bahwa cinta adalah penting dan dapat mengurangi stres," tutur Paul Zak dari Claremont Graduate University di California. Dia menduga hormon oxytocin yang memberi efek menenangkan mungkin tengah "bermain" dalam porsi yang besar di kalangan orang-orang yang tengah kasmaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar