Selasa, 29 November 2011

10% + 90% = 100%


Kalo misalnya menjalani hidup itu isa aku ubah dalam bentuk matematika, maka aku akan menuliskan bahwa kehidupan yang kita jalani itu adalah 100%. Apa maksutnya? Maksutnya, bahwa kita diberi anegurah ma Tuhan untuk menjalani hidup sebesar 100%. Tuhan nggak ngurangi 1% pun! Begitu kita lahir, maka hidup ini diberikan penuh 100% menjadi milik kita.

Laen ma hewan. Kalo kamu punya hewan peliharaan anjing ato burung, maka hewan peliharaan kamu itu gak isa menikmati 100% hidupnya. Knapa? Obviously, mereka gak isa mengambil tindakan terhadap "nasib" yang menimpa mereka. Seandainya anjing itu kamu kurung gak bole kluar dan gak kamu kasi makan, so what? (wiih, kejemnya) Kalo anjingnya isa ngomong, dia akan bilang, "Yaa… gimana lagi, nasib gue dapet majikan yang suka ngurung dan pelit minta ampun… Nasiiiibb ya nassiiib…"

Dogie Kalo anjingnya kamu sayang2, kamu mandiin tiap hari, kamu perhatikan makannya (bahkan kamu menemaninya kala dia melahirkan 6 ekor anak anjing yang lucu2), dianya juga "so what?". Seneng ya seneng… Tapi terus so what? Mo ngapain lagi… Hidup anjing kamu hanya sebatas menjadi kesayanganmu (hidup anjing kamu 90% akan bergantung pada perlakukanmu sebagai majikan). Itu yang aku maksut bahwa hewan gak punya 100% anugerah kehidupan. In some cases, beberapa persen dari kehidupan mereka dikontrol oleh makhluk hidup yang lebih tinggi derajatnya. Wants another examples? Hidup seekor tikus akan dikontrol oleh kucing. Secara naluri, kalo ada kucing, tikus mending mati kelaparan di liangnya daripada keluar dan menjadi santapan kucing (ini jelas, kehidupan seekor tikus 50%-nya dikontrol oleh kucing).

Laen dengan manusia. Manusia itu bener-bener 100% enjoy! (minjem nama salah satu acara musik yang disponsori ma rokok yang berslogan "Enjoy aja!", entah apa maksudnya enjoy untuk sesuatu yang mengurangi umur). But… (I’m sorry to tell this), ada 10% dalam hidup kamu yang gak isa kamu kontrol. Loh, tadi katanya 100% milik kita? Iya, emang kita dikasi anugerah untuk menjalani hidup sebesar 100% (gak seperti anjing peliharaan yang hanya bisa pasrah pada nasib, ato tikus yang hidupnya tergantung pada seekor kucing). Nah, 10% ini adalah something yang unpredictable, accidentally, uncontrollable, out of plan, dan gawatnya there’s no way you can escape from it! Bingung?

Gini, pagi-pagi pas kamu sarapan, secara gak sengaja baju kamu ketumpahan teh karena kecerobohan adek mu. Itu jelas di luar kontrol kamu (dan kamu juga gak tau bahwa itu akan terjadi). Ato, pas kamu lagi jalan-jalan terus dompet dan hape kamu dicopet orang (nah, itu juga termasuk unpredictable). Ato, lagi enak-enak blajar eh, lampu mati sampe 10 jam! (itu juga di luar rencana dan gak isa dihindari). Nah itu dia yang aku maksud dengan 10% dari hidup kita yang gak isa dikontrol. Mau kasus yang lebih gawat? Anak yang terlahir dari orang tua yang mengidap HIV/AIDS, anak yang terlahir dari keluarga yang kekurangan, anak yang lahir cacat tanpa tangan / kaki (ato mengalami kecelakaan sampe tangan ato kakinya diamputasi), korban bencana alam di Aceh, Nias, Badai Katrina, Badai Rita, bom bali (yang ini baru aku update) dan banyak lagi. Jelas si objek tersebut nggak isa ngontrol hal-hal kayak gitu kan?

Seandainya itu adalah pilihan, maka gak ada anak yang mau dilahirkan oleh orang tua yang mengidap HIV/AIDS, gak ada anak yang mau dilahirkan cacat tanpa tangan / kaki, gak ada orang yang mau tertimpa bencana dst… dst… Tapi karena itu bukan gak isa kita kontrol (bukan pilihan), ya harus dijalani. Itu maksutnya 10% yang uncontrollable. (Eniwei, selain kasus-kasus negatif, juga ada kasus positif yang gak isa kita kontrol, misalnya terlahir dengan multiple intellegence en talent yang luar biasa -like some of my students-, terlahir dengan talenta menulis yang luar biasa -like JK. Rowling-, terlahir sebagai cowok keren -like… me? ups, sorry, can’t find another example-. Nah, itu 10% positif yang uncontrollable. You have this uncontrollable 10% both positive and negative.

Eh, entar… Ini laen ma pacar loh… Punya pacar itu adalah pilihan (gak termasuk dari 10% yang gak isa dikontrol ini)… Gak mungkin kan pas kamu jalan-jalan tiba pas di tengah jalan kamu "tertimpa" pacar tanpa bisa kamu hindari… Lalu sampe rumah, kamu cerita mama papa, "Pa, aku tadi di jalan tiba-tiba dapet pacar… Ya gimana lagi, aku gak isa menghindari…" Kebayang nggak reaksi papa mama kamu denger ceritamu? Sekolah juga sama. Kalo kamu mo sekolah ato kuliah ato kerja, itu juga pilihan. Sesuatu yang isa kamu pilih, bukan 10% yang uncontrollable itu. Gak mungkin kan kamu tiba-tiba terdampar di sebuah sekolah ato univ ato tempat kerja (dan terpaksa harus menjalaninya pada hari-hari berikutnya…?) It’s a choice. Setuju bahwa hal-hal kayak gini adalah pilihan? Kalo setuju, teruskan baca. Kalo nggak stop baca, SEKARANG!

Jadi ada apa dengan 10% - 90% ini?
Since we can’t control the 10% of our life (although we have the life itself), the rest of it (90%) still under (our) control. Pheww…! Lega kan? Seandainya 100% hidup gak isa kita kontrol, ya jadi kayak wayang (yang ceritanya terserah si dalang), kayak bioskop (yang ceritanya tergantung si penulis skenario), gak seru banget menjalani hidup kayak gitu. Justru asyiknya menjalani hidup ini karena ada 90% yang bisa kita kontrol. Jadi, I’m gonna tell you really… really CLEAR about this!

Gak ada ceritanya hidup kamu itu sudah ada suratan yang gak isa diubah… Gak ada ceritanya bahwa kamu hidup dengan menjalani "nasib" yang sudah ditulis sebelumnya… Jangan percaya kalo ada yang bilang nasibmu jelek ato kamu ditakdirkan sebagai orang miskin (ato orang kaya), jangan percaya kalo ada yang bilang kamu gak bakalan punya pacar ato bakal suamimu (ato istrimu) nanti asalnya dari kota ini, itu, dan sifatnya gini, gitu… jangan percaya kalo karirmu nanti pasti di bidang ini itu… Jangan percaya deh. Kita kan punya 90% tadi yang bisa kita kontrol (dan karir, jodoh ato pacar, like I said before, adalah PILIHAN - tadi udah setuju kan bahwa hal-hal itu adalah pilihan, gak termasuk 10% yang uncontrollable…).

Jadi, mo diapakan 90% ini? Ya itu pilihanmu… Kamu punya hak sepenuhnya terhadap 90% ini. Mo ngapain aja, ya whatever! Loh, kok…? Kalo 10% adalah kejadian gak disengaja dan 90%nya adalah adalah pilihan, terus Tuhan ngapain dunk? Kalo 90%nya adalah pilihan kita, rasanya kok "GUE BANGET" (minjem salah satu nama acara di MTV)…? Terus kok kayaknya Tuhan ini cuman jadi penonton aja…? Gimana gak jadi penonton, lha 10%-nya kejadian yang uncontrollable, 90% tergantung dari pilihan kita, jadi bagian Tuhan cuman 0%…? Tumben si Windra jadi gak "ber-TUHAN" gini?

Hehe2… Gini… Pertama, 10% yang uncontrollable itu terjadi dengan seizin Tuhan. Kalo Tuhan nggak ngizinkan terjadi, there’s no way it can happen… Setuju kan? (sehelai rambutpun gak akan jatuh kalo Tuhan gak ngizinkan… Ini di ayat mana ya? Kalo tau tuliskan di comment dunk, biar isa aku update).

Success The rest 90%, yang menjadi pilihan kita emang terserah kita. Kalo misalnya kamu kena bencana alam yang menghabiskan seluruh anggota keluarga kamu (10% yang gak isa dikontrol), kamu masih punya 90%… Dengan 90% ini, kamu isa memutuskan untuk frustasi, marah ma Tuhan, patah semangat, gak mau hidup lagi (en finally bunuh diri)… ATO kamu meneruskan hidup kamu dengan semangat, antusiasme tinggi untuk start dari awal dan berjuang lagi…! Wiiih, kasusnya terlalu berat ni! Gini lah, kalo misalnya kamu kecopetan hape (10% yang gak isa dikontrol), kamu isa bersungut-sungut (dan bertanduk-tanduk terhadap si pencopet hape itu), jadi bete ke semua orang, cemberut setiap hari, gak smangat hidup lagi (gara2 kamu gak isa sms2an lagi) ato kamu isa merelakan hape itu, gak dendam ma si pencurinya, dan next time kalo kamu bawa hape akan lebih hati-hati (ini 90% yang isa kita pilih). Ato kalo kamu pagi-pagi mo brangkat skolah terus adekmu menumpahkan teh, ato saos ke baju seragam kamu (10% yang gak isa kamu kontrol), kamu bisa milih buat marah-marah ke adekmu, bentak2 sampe adekmu nangis, terus mengibarkan bendera permusuhan dengan adekmu, pasang tampang cemberut di kelas ato pilihan laen kamu isa senyum ke adekmu sambil bilang "next time ati2… sini tak bantui nuang saosnya", lalu kamu tetep berangkat ke skolah dengan hati ceria (90% yang isa kita pilih). Kasus laen, kalo kamu lahir dengan multiple intellegence dan talent yang luar biasa (10% yang gak isa kamu kontrol), pilihan yang bisa kamu ambil adalah nyimpen talent yang kamu punya itu untuk kamu sendiri, kalo ada yang nanya ke kamu pura-pura gak tau, terus gak berusaha ngembangkan talenta yang dipunyai ato pilihan yang laen, kamu isa mengembangkan talenta kamu, memanfaatkannya buat hal-hal yang berguna (to make world to be a better place), ngajari anak2 laen yang gak isa…

Nah, itulah the power of 90%! So, Tuhan di mana? Everytime kita mo memilih buat the rest 90% itu, kita mesti melibatkan Tuhan. Nanya ke Tuhan, keputusan apa yang harus kita ambil… (for sure, DIA gak akan menjerumuskan kita). Masalahnya, saat kita nanya ke Tuhan, suara Tuhan gak audible buat kita dengar di telinga. Beneran…! Aku sampe saat ini juga blom pernah dengar suara Tuhan masuk di telingaku… (tapi ada juga beberapa orang bisa denger). Buat aku, Suara Tuhan itu masuk gak lewat telinga, tapi masuk ke hatiku. Ketika aku doa minta petunjuk ma Tuhan untuk keputusan (the rest 90%) yang harus aku ambil, Tuhan ngasih jawabnya. Sometimes, dijawab lewat suatu kejadian, sometimes dijawab lewat orang laen, sometimes Tuhan "naruh" jawabannya gitu aja di hatiku. Tapi, somehow, aku tau bahwa itu adalah suara Tuhan. Kok tau kalo itu adalah suara Tuhan…? Sederhana aja. Kalo kamu intim ma Tuhan, pasti isa mbedakan mana suara Tuhan dan mana yang bukan (kayak kalo kamu intim ma papa ato mama, pasti isa mbedakan mana suara papa/mama dan mana suara orang laen). Tuhan juga bekerja dengan cara itu. Kalo kita intim, akan gampang banget (peka) ndengerkan suara Tuhan buat memutuskan the rest 90% itu. Cara intim ma Tuhan gimana? Ya… itu! Kamu sendiri gimana caranya bisa intim ma papa/mama sampe isa mbedakan suara papa/mama ato bukan? Mesti gaul tiap hari kan? Ya sama kayak gitu cara biar intim ma Tuhan. Mesti bergaul tiap hari. Kalo aku, gaulnya dengan cara sering baca Firman Tuhan (so aku ngerti bagaimana pola Tuhan bekerja), sering berdoa (ngobrol2 ma Tuhan), sering baca buku-buku rohani, ke gereja tiap minggu buat praise and worship, buat ndengerkan kothbah (inti dari kothbahnya juga diambil dari Alkitab)… Dengan cara itu aku isa lebih kenal Tuhan, lebih intim en the most important lebih isa mendengarkan "suara"Nya.

Kamu tentu boleh-boleh aja memutuskan buat mengambil keputusan yang the rest 90% itu dengan caramu sendiri, berdasarkan pengalamanmu (ato pengalaman orang laen). That’s a choice juga loh. Sukur2 deh, kalo keputusan itu ternyata "kebetulan" sama dengan caranya Tuhan… Tapi kalo keputusan yang kamu ambil itu sampe salah, ya harus nanggung akibatnya. Kalo memutuskan sesuatu dari hikmat Tuhan, dijamin 100% gak bakal salah deh!

Nah, inti dari blog yang panjang ini pendek saja: karena 10% bagian dari hidup kita gak isa kita kontrol, maka do your best di the rest 90%

Tidak ada komentar:

Posting Komentar