Sebelum Piala Dunia 1966, yang digelar di Inggris, dunia sepak bola tidak pernah mengenal adanya kartu merah dan kartu kuning. Ide untuk membuat kedua kartu tersebut mulai tercetus pada pertandingan perempat final yang saat itu menyandingkan Argentina melawan Inggris. Pada menit ke-78, pemain Inggris Geoff Hurst menyarangkan bola ke gawang Argentina.
Merasa ada yang salah dengan gol itu, kapten Argentina, Antonio Rattin mengajuka protes kepada vasit. Karena protesnya dianggap terlalu keras, wasit asal Jerman Rudolf Kreitlein, bermaksud mengusir Antonio keluar lapangan. Sayang, keduanya berbicara dalam bahasa yang berbeda. Antonio pun tidak segera meninggalkan lapangan saat diusir oleh Rudolf.
Melihat komunikasi yang tidak nyambung, wasit dari pihak Inggris yang mendukung agar gol itu disahkan, Ken Aston berjalan ke tengah lapangan. Dia lalu berbicara dalam bahasa Spanyol yang dimengerti oleh Antonio. Setelah paham dengan maksud sang wasit, Antonio pun keluar lapangan.
Saat Antonio keluar lapangan, manajer tim Inggris, Sir Alf Ramsey sempat mengucapkan kata-kata yang dianggap terlalu kasar. “Kamis masih ingin memberikan yang terbaik (untuk sepak bola), dan ini tidak mungkin bisa kami lakukan sampai menemukan lawan yang cocok. Yakni lawan yang mau serius bermain bola, bukan bertindak seperti binatang.” Karena tragedi Antonio ini terjadi melibatkan kata-kata keras, akhirnya dikenal sebagai tragedi ‘violence of tounge’ (kekerasan lisan).
Komunikasi tidak nyambung yang terjadi antara Antonio dan Rudolf itu kemudian memunculkan ide untuk membuat simbol universal yang dipahami oleh semua bahasa. Dari sini, Ken Aston kemudian terus berpikir untuk bisa menemukannya. Dia menginginkan agar seandainya kejadian serupa terulang lagi, sang wasit tidak perlu repot-repot memikirkan bahasa orang lain.
Suatu hari, Aston berhenti di sebuah perempatan dan melihat lampu lalu lintas yang terdiri dari warna merah, kuning, dan hijau. Dari sinilah kemudian Aston menemukan ide untuk membuat kartu merah dan kartu kuning untuk diberikan kepada pemain yang melakukan pelanggaran keras. Penggunaan kartu merah dan kartu kuning ini pertama kali dikenalkan pada Piala Dunia tahun 1970 di Mexico.
Posted in: Gaya Hidup
Tidak ada komentar:
Posting Komentar