Kamis, 26 Januari 2012

Teman Setia


26/1/2012 | 02 Rabiul Awwal 1433 H | Hits: 89Oleh: Guntara Nugraha Adiana Poetra, Lc.




Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com - Separuh jiwa seperti melayang terbawa angin penuh rindu ke tempat yang jauh hingga ke bumi pertiwi sana, entah kenapa akhir-akhir ini terasa berbeda dari hari sebelumnya, seperti ada ruang kosong di relung hati (Studi Normatif).

Mungkin ini karena lama sudah saya meninggalkan negri tercinta Indonesia pertama kalinya yaitu di tahun 2004 hingga sekarang, sempat 2 kali pulang ke tanah air di masa-masa belajar, itupun karena ada hal penting yang sifatnya mendesak untuk segera pulang dan yang ke-2 karena ada urusan birokrasi yang masih saja membosankan di Era Reformasi ini.

Apa yang saya rasakan ternyata dirasakan juga oleh kerabat yang sama-sama belajar di negri seribu benteng Maroko, sebut saja Shobur (Bukan nama sebenarnya) adalah kandidat Doktor di salah satu kampus di negri ini yang sudah lama meninggalkan Istri dan anak-anaknya tercinta demi menuntut Ilmu agama.

Kerabat yang lain bernama Shobrun Jamilun (bukan nama sebenarnya) yang lebih lama lagi meninggalkan istri terkasihnya di saat usia pernikahannya baru seumur jagung, hingga saat ini Shobrun pun belum melihat secara langsung akan kehadiran buah hatinya yang lucu lagi menggemaskan, karena di saat belahan jiwanya berjuang melahirkan, dia juga sedang berjuang jauh di negri orang demi agama, bangsa dan Negara yang dicintainya, dan sekarang Shobrun pun tinggal menunggu sidang Doktornya.

Adapun saya…. jauh berbeda dengan 2 kerabat di atas, baru hanya teringat akan keluarga, kerabat dekat dan handai taulan saja di Tanah air, saya belum bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika seperti Shobur dan Shobrun Jamilun, di saat masih lajang saja guncangan jiwa ini begitu dahsyat apalagi jika sudah mempunyai anak dan istri seperti mereka berdua.

Tahun 2012 (Insya Allah) ini merupakan bagian terakhir saya di Maroko untuk segera menyelesaikan program Master yang tinggal beberapa bulan lagi, sepertinya saya sudah mencium aroma negri yang sangat dirindukan, jujur saja….nuansa “Tanah Air” sulit dilupakan.

Hanya ingin mengucap ‘’Terima Kasih’’ kepada Bulan dan Bintang-bintang yang senantiasa menemani malam-malam saya, biasanya selepas shalat Isya di sebuah masjid kecil lagi sederhana di tengah desa menuju tempat kosan daerah Fes (Tempat yang terkenal akan warisan dunia, sejarah Andalusia serta Universitas Al-Qarawiyyinnya yang merupakan kampus tertua di dunia yang masih beroperasi hingga sekarang ”menurut Guiness Book”, dibangun di abad ke-9 Masehi oleh Fatimah Al-Fihri).

Di tengah perjalanan pulang, bulan dan bintang-bintang tak bosan menghiasi dan menerangi desa kecil ini sebagaimana saya pun tak pernah bosan memandang langit sambil menatap mereka, ada kedamaian pada jiwa……..hati saya pun berkata :

‘’tempat yang sering dilewati pada malam hari mulai dari Masjid kecil hingga menuju Kosan dengan hiasan bulan dan bintangnya akan sangat saya rindukan suatu saat nanti’’. Insya Allah…

Teman yang setia ini mengingatkan saya akan ayat ILahi di surat Furqon ayat 61-62 juz 19 :

تبارك الذي جعل في السماء بروجا وجعل فيها سراجا وقمرا منيرا( 61 ) وهو الذي جعل الليل والنهار خلفة لمن أراد أن يذكر أو أراد شكورا( 62)

(61) “Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya. (62) Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur.

Saya katakan setia (setiap tempat ada) di malam hari (Insya Allah), teman yang juga mengajak manusia untuk mengambil hikmah dari setiap detik kehidupan dan membimbingnya untuk pandai bersyukur atas segala karunia Allah yang begitu melimpah. Semoga…



Salam hangat tuk rekan-rekan dakwatuna,




“Pelajar yang merindukan Tanah Air”.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/01/17896/teman-setia/#ixzz1kcEOjVHZ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar