Senin, 05 Desember 2011

MEDIASI KONFLIK

MEDIASI KONFLIK
(Tawaran Pendekatan Etnometodologis)
Oleh:
Tua Hasiholan Hutabarat, S.Sos, M.Si

Sebahagian pihak setuju dengan pandangan bahwa konflik merupakan suatu halyang dianggap negatif. Konflik dianggap merugikan karena dapat merusakkeseimbangan sistem dan disintegrasi struktur sosial, sehingga harus dihindari. Jikapun terjadi, konflik harus ditangani sehingga tidak berdampak terhadap kehancuransistem. Namun juga tidak sedikit kalangan yang menyatakan konflik juga fungsionalterhadap keseimbangan sistem. Konflik malah harus dipelihara pada beberapa sisidapat berguna memperkuat sebuah organisasi dari serangan eksternal dan gejolakinternal.

Dua pandangan itu masih sama-sama berlaku, walaupun pandangan pertamamasih lebih dominan pandangan yang menganggap fungsi positif dari konflik.Menurut perspektif pertama, konflik kerap membuat sebuah sistem menjadi tidakstabil karena menciptakan bentuan-benturan kepentingan yang bersifat disfungsional.Agar terhindar dari dampak negatif, konflik harus diredakan sehingga tidak merusaktujuan-tujuan yang telah direncanakan.

Strategi penanganan konflik tersebutlah yang kemudian banyak digeluti olehbanyak pihak. Alih-alih menyumbang kestabilan sistem, penanganan konflik malahsaat ini sudah menjadi sub sistem baru yang memiliki peran penting. Salah satustrategi penanganan konflik yang kerap digunakan adalah melalui mediasi. Mediasimerupakan sebuah strategi penanganan konflik yang menempatkan pihak netral ditengah-tengah pihak yang berkonflik.

Mediasi sendiri sebenarnya lahir dari percampuran pendekatan, yaknipendekatan moral dan sistem. Secara moral, sistem nilai kita memberlakukan pihaknetral sebagai komponen yang memiliki kepentingan terendah dibandingkan denganpihak lainnya, sehingga penilaian dan pandangannya sangat diperlukan. Pendekatansistem menawarkan prinsip bahwasannya keseimbangan lahir dari sebuah prosesinternal dan meletakkan keterhubungan komponen-komponen di dalam sebuah sistemdicapai melalui pengintegrasian bagian-bagian yang ada di dalamnya. Ada jugasebenarnya pendekatan ilmiah yang turut menjadi landasan mediasi. Pendekatanilmiah menanamkan prinsip objektivitas dan non etik. Prinsip ini sangat pentingkarena netralitas hanya dapat diwujudkan dengan objektivitas dan prinsip non etistersebut.

Proses mediasi saat ini cukup awam diberlakukan karena memiliki kesesuaiandengan modernitas sistem. Penggunaan mediasi cocok dengan semakin rasionalnyabirokrasi, sehingga banyak digunakan oleh organisasi-organisasi modern.
Sampai saat ini tentu saja tidaklah mudah mengatakan penggunaan mediasilebih efektif dalam menangani konflik dibandingkan pendekatan lainnya. Namunfakta memperlihatkan konflik lebih banyak diselesaikan melalui jalur hukum.
Tanpa bermaksud untuk meragukan penerapan mediasi yang serik sekali gagalmenyelesaikan konflik sosial. Salah satu faktor penyebabbnya adalah kecenderunganmediasi yang hanya berusaha meredakan konflik tanpa diarahkan pada penyelesaian.
Paradigma pemikiran tersebut lazim dianut oleh masyarakat dan juga mediator,sehingga akhir dari semuah proses mediasi sangat jarang berakhir dengan keputusanyang menguntungkan kedua belah pihak. Dalam perspektif Sosiologi, juga cenderungmenawarkan hal yang sama, terutama dalam teori etnometodologis. Pendekatanetnometodologis memberikan tawaran analisis kehidupan sehari-hari terhadap realitassosial. Salah satunya adalah analisis dalam percakapan dan komunikasi.
Analisis etnometodologis menganggap percakapan sebagai salah satu realitasyang menentukan sistem sosial. Melalui percakapan dapat diketahui bagaimanamasyarakat membangun kesepahaman dan membentuk realitasnya. Realitasdimaksud disini adalah keseimbangan sistem sosial.
Berdasarkan landasan tersebut maka dimungkinkan metode etnometodologisdigunakan dalam menyelesaikan konflik. Prinsip etnometodologis cenderungmenganggap proses mediasi harus dapat mengatur percakapan yang berlangsungdalam mediasi. Menurut pendekatan ini, pengaturan atau mekanisme dalampercakapan yang penting dibandingkan dengan kepentingan pihak-pihak. Pengaturanpercakapan menjadi penting karena pada saat itulah pihak-pihak yang terlibatmembentuk sebuah keteraturan. Namun percakapan antar pihak tidaklah boleh terjadisecara langsung. Artinya, harus ada pengaturan, sehingga percakapan antar pihaktidak dilakukan secara langsung, namun harus melalui moderator yang dalam hal inidiperankan oleh mediator.
Pendekatan etnometodologis menganggap, percakapan langsung antara pihakberkonflik malah akan mempertegang pertentangan, karena pola seperti itumeningkatkan intensitas perdebatan. Jika pola percakapan langsung tersebutdibiarkan, maka akan terjadi pelebaran fokus persoalan. Masalah pokok yangseharusnya dibicarakan bisa saja terlupakan dengan cara seperti itu, malah hal-hallain yang berada di luar pokok persoalanlah yang akan memacu persengketaan.
Tugas seorang mediator dalam hal ini bukan hanya mengatur bagaimana prosesrembuk atau rapat mediasi berlangsung, namun sebenarnya lebih dari itu. Moderatorsebagai pihak yang dianggap netral tentu saja tak bisa tidak bisa berdiri di satu pihak.Ia harus menjadi penengah dan tidak memiliki kecenderungan. Namun sebagai pihakyang netral, sering sekali ia kesulitan mendorong para pihak untuk mencari jalantengah penyelesaian. Sikap patuh dan disiplin terhadap netralitas malah menjadikendala, bahkan bisa menjadi bahan ketidakpercayaan para pihak atas kredibilitasmediator. Walaupun mediator tak boleh berpihak, paling tidak kenetralannya tersebuttidak benar-benar bebas nilai.
Yang dipentingkan bagi seorang mediator adalah bagaimana proses perdebatan
dan rembuk dapat berjalan tertib dan mengkerucut pada keputusan atau solusi
tertentu. Untuk itu ia harus mengatur percakapan sehingga tidak terjadi secaralangsung. Mediator menjadi pihak yang mendengar dan menerjemahkan maksud daripercakapan satu pihak yang ditujukan pada pihak lain. Demikian sebaliknya, setelahmendengar, ia kemudian menyampaikan maksud tuntutan atau pernyataan tersebutkepada pihak lainnya. Fungsi tersebut bukan berarti mediator mereduksi keseluruhanmaksud dari para pihak, namun mediator bisa me-reinterpretasi, menghaluskan,maupun mempertajam maksud dari pernyataan yang disampaikan pihak-pihak yangberkonflik.

Fungsi mendengar, memahami, me-reinterpretasi, menghaluskan danmempertajam tersebut bukan berarti memoderasi konflik, namun tujuan utamanyaadalah tetap menjaga alur konflik agar tidak melebar kepada hal-hal yang tidakmenjadi persengketaan. Namun fungs ini juga harus dijalankan secara hati-hati,dimana para pihak sebelumnya harus memahami peran yang dijalankan olehmediator. Sebelum pertemuan atau rembuk berlangsung, maka harus dibangunkesepakatan antar pihak sehingga paham dan mau mematuhi aturan main tersebut.Aturan main yang terpenting adalah bagaimana proses penyampaian pandangan atautuntutan
tidak
berlangsung
secara
langsung,
namun
harus
melalui
moderator/mediator.

Selain menjaga alur percakapan atau perdebatan, fungsi pengaturan yangdijalankan oleh mediator juga dapat mencegah para pihak untuk berkonflik secaralangsung. Jika dibiarkan, maka biasanya para pihak terjebak pada debat kusir yangkemudian mempertinggi intensitas konflik. Kehadiran dan fungsi mediator yangmenjadi pihak pendengar, penerjemah dan penyampai maksud akan memperlunakpotens meningginya tekanan pada forum pertemuan. Secara sederhana, ada selawaktu yang terjadi ketika para pihak tidak berdebat secara langsung. Sela waktutersebut bisa meredakan ketegangan dan emosi para pihak, bahkan membuat parapihak mengurungkan niat untuk mengungkapkan sesuatu yang berada di luar konteksperdebatan. Tentu saja kelihatannya fungsi ini bisa dianggap strategi tersembunyi darimediator, namun dalam kondisi perdebatan yang sangat tegang, peran ini sangat penting.

Ketika mediator bisa mengatur dan meredakan intensitas tekanan konflik didalam forum, maka terbuka kemungkinan cukup besar untuk mengarahkanpembicaraan yang lebih solutif. Proses selanjutnya tentu saja sangat tergantung darikemampuan mediator, sehingga perdebatan dan percakapan yang berlangsung dapatmenemukan solus yang disepakati bersama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar