Minggu, 15 Januari 2012

Dialog dengan setan mengenai Teroris


Inilah Dialog / wawancara dengan setan mengenai Teroris




Ini adalah pengalaman spiritual seorang hamba Tuhan yang sempatmewawancarai setan sehubungan dengan berbagai aksi terorisme di Indonesia. Berikut petikan langsungnya dari neraka:

Hamba Tuhan:
Selamat siang Tuan setan! Senang sekali bisa hadir bersama anda di sini. Oya kita langsung saja pada pokok persoalan. Bagaimana tanggapan anda terhadap aksi teroris yang akhir-akhir ini kembali marak di Indonesia?

Setan:
Saya sangat bahagia.

Hamba Tuhan:
Lho? Sama sekali anda tidak prihatin?

Setan:
Kenapa prihatin. Semakin kacau kehidupan anda di sini justru saya semakin senang. Itulah prestasi tertinggi saya. Dan itulah puncak kebahagiaan saya.

Hamba Tuhan:
Okey saya coba memahami sudut pandang anda. Tapi bagaimana anda memahami fenomena ini. Maksud saya apa sebenarnya yang bekerja di balik semua ini?

Setan:
Ya sayalah yang bekerja dibalik semua ini.

Hamba Tuhan:
Maaf anda bisa lebih spesifik?

Setan:
Ya pertanyaan anda juga harus spesifik dong!

Hamba Tuhan:
Okey. Saya akan mulai dari istilahnya. Apakah anda setuju dengan label teroris untuk umat Islam yang berjihad di jalan Tuhan?

Setan:
Saya tidak ada urusan dengan istilah yang kalian perdebatkan. Karena yang penting bagi saya bukan itu. Bukan itu target saya. Tapi kalau boleh saya berpendapat, itu istilah politik internasional. Suatu strategi untuk menggiring imajinasi sosial. Untuk membangun suatu citra bahwa Islam memang agama teroris. Agama yang menganjurkan kekerasan. Perang dan senjata.

Hamba Tuhan:
Artinya anda ingin mengatakan tidak setuju dengan label tersebut?

Setan:
Sebenarnya tidak. Tapi melihat aksi para umat Islam yang membom rumah anda kemaren, saya jadi sangat setuju.

Hamba Tuhan:
Hmm … begitu ya. Berarti menurut anda Islam sama sekali bukan agama teroris?

Setan:
Tidak. Sama sekali tidak. Islam itu ajaran yang sangat mulia. Ajaran Tuhan yang abadi. Sejak saya membangkang di sorga sampai ke akhir zaman.

Hamba Tuhan:
Tapi mereka kan juga mengamalkan apa yang dilakukan Nabi Muhammad dengan segala jihadnya di jalan Tuhan?

Setan:
Ow.. itu beda. Beda sekali mas. Di zaman Nabi Muhammad itu perang terjadi karena mereka diganggu oleh kaum kafir.

Hamba Tuhan:
Saya garis bawahi pernyataan anda: “Diganggu oleh kaum kafir.”
Berarti kalau mereka tidak mengganggu, tidak akan diperangi? Bisa dipahami begitu?

Setan:
Benar sekali. Di zaman Nabi Muhammad banyak umat lain yang hidup dalam masyarakat Islam di bawah pimpinan dia. Maaf saya tidak menyebutnya dengan panggilan "beliau". Karena sebutan itu hanya bagi anda. Saya kan setan.

Hamba Tuhan:
Ya saya maklum kok. Jadi?

Setan:
Ya jadi orang kafir yang dipahami di zaman Nabi Muhammad dengan sekarang sepertinya sudah centang prenang. Saya tidak hafal Alquran dan hadist Islam. Tapi yang ingin saya katakan, mereka tetap hidup berdampingan dengan damai. Sejauh yang saya intip waktu itu ada yang namanya Piagam Madinah. Saya tidak hafal isinya. Itu mirip dengan Pancasila di negara anda ini. Semua orang asal beragama dan menyembah Tuhan tetap dilingungi. Hanya saja mereka diwajibkan membayar pajak istilah anda sekarang.

Hamba Tuhan:
Hmm … begitu ya. Anda tahu juga sejarah Islam ya?

Setan:
Haha... anda ini goblok apa. Wong pekerjaan saya setiap detik membututi anda semua. Bahkan sejak nenek moyang anda yang bernama si Adam itu, musuh bebuyutan saya itu. Termasuk anda semua di sini.

Hamba Tuhan:
Oya jadi hubungan semua itu dengan teroris?

Setan:
Ya makanya saya sangat setuju mereka yang mengaku jihad dengan main petasan itu, maaf walaupun anda menyebutnya bom, bagi saya itu hanya sekaliber petasan. Saya sangat setuju mereka itu disebut teroris. Karena mereka cuma histeris. Semacam suasana kejiwaan yang dinamakan menggigau. Kebetulan saja objek gigauannya agama. Tapi aslinya itu bukan iman.

Hamba Tuhan:
Kenapa anda katakan itu bukan iman? Bukankah mereka dalam rangka memperjuangkan Islam. Agama Tuhan?

Setan:
Haha .. anda beruntung sebenarnya berdialog langsung dengan setan seperti saya seperti ini. Karena langsung dari sumber yang valid. Berbeda dengan debat antara anda dengan teman-teman anda semua yang rata-rata goblok semua soal ini. Saya kasi tahu rahasianya ya. Kalau itu iman, godaan saya tidak akan bisa masuk. Contoh saja di zaman Nabi Muhammad dulu, wah… itu saya benar-benar kewalahan. Mereka benar-benar beriman. Apa saja yang mereka lakukan dalam rangka iman. Mau saya serang melalui hati mereka, wah .. tambah susah lagi. Saya kepanasan di situ. Karena hati mereka selalu mengigat Tuhan. Dan isi hatinya nyaris baik-baik semua. Tidak ada niat mengejar iming-iming segala macam. Murni untuk Tuhan. Jadi di hati yang seperti itu saya benar-benar tidak bisa masuk. Backing mereka langsung Tuhan.

Sudah berkali-kali saya menyamar dan menipu mereka, tapi tetap gagal.Kenapa? Karena kebeningan iman mereka membuat Tuhan cemburu bila mereka saya goda. Jadi Tuhan langsung kasi tahu pada mereka bahwa mereka sedang saya tipu. Walah …. Susah benar perjuangan saya waktu itu.

Tapi sekarang?
Wah … gampang benar!
Karena rata-rata kaum anda sekarang nyaris tidak ada yang beriman. Hanya sok beriman. Makanya mudah saya gelincirkan. Mata, hati dan .... lebih-lebih pikiran mereka, sudah saya butakan dan saya ganti dengan yang lain. Tapi mereka seolah-olah melihat iman, seolah-olah melihat Tuhan, seolah-olah melihat pahala, seakan-akan sudah masuk sorga hahahaha…!

Hamba Tuhan:
Jadi andalah sebenarnya aktor dibalik semua ini?


Dialog dengan setan mengenai Teroris (Bag.2)

Beberapa waktu yang lalu saya baru saja meliput hasil wawancara seorang hamba Tuhan dengan Setan Teroris. Dan kali ini saya kembali meliput wawancara lanjutannya

Hamba Tuhan:
Jumpa lagi dengan anda Tuan setan. eee… menyambung diskusi kita tadi, saya jadi penasaran nih. Sebenarnya apa ya makna jihad dalam Islam yang anda pahami?

Setan:
Maaf saya tidak akan mengutip Alquran apalagi hadist anda. Inti jihad itu menegakkan agama Tuhan di muka bumi ini.

Hamba Tuhan:
Seperti yang dilalukan para teroris baru-baru ini di Indonesia?

Setan:
Itu bukan jihad. Itu dalam rangka menyembah setan seperti saya ini.

Hamba Tuhan:
Kan sama juga dengan perang di zaman Nabi Muhammad?

Setan:
Ow beda sekali mas. Tapi tadi sudah saya jelaskan pada wawancara anda sebelumnya.

Hamba Tuhan:
Jadi apa kata kunci dari menegakkan agama Tuhan yang anda maksudkan?

Setan:
Hidup sejalan dengan ajaran Tuhan.

Hamba Tuhan:
Kongkritnya gimana sih?. Anda bisa lebih sepesifik ?

Setan:
Perangi kejahatan, perangi ketidak adilan, perangi kebodohan, perangi kemiskinan, perangi kemunafikan, dan … yang paling tinggi dan paling berat adalah perangi hawa nafsu anda!

Hamba Tuhan:
Kenapa anda mengatakan memerangi hawa nafsu itu yang paling tinggi nilainya dan yang paling berat?

Setan:
Lho tapi itu kata Nabi anda. Makanya baca sejarah. Lalu pahami dan amalkan. Jangan cuma sok beriman. Sok berjihad.

Saya kan mengintip terus segala kegiatan Nabi anda. Bahkan setiap gerak-gerik hatinya. Saya menunggu saat-saat dia kilaf agar saya bisa masuk.

Jadi waktu itu ia katakan pada sahabatnya sehabis perang. Anda ingat perang apa ketika itu?

Hamba Tuhan:
Hmm …. Perang apa ya… Boleh lihat buku nggak?

Setan:
Ya sudah anda jangan pura-pura tahu dan mengarang. Ini juga bukan untuk dihafal. Yang Nabi anda katakan waktu itu adalah jihad yang paling berat itu adalah di sini. Nabi anda menunjuk ke dadanya. Jadi jihad memerangi hawa nafsu. Mengendalikan hati!

Anda tahu apa yang saya rasakan waktu itu?

Hamba Tuhan:
Mana saya tahu om

Setan:
Jangan panggil om! Saya ini setan!
Yang saya rasakan waktu itu adalah saya sangat tersinggung dan merasa kepanasan. Karena hati itulah sasaran empuk saya. Saya dengan teman-teman saya sering ngumpul disitu untuk menggelincirkan anda semua.

Hamba Tuhan:
Jadi hubungannya om?

Setan:
Anda ini keras kepala. Jangan panggil saya om!

Kalau hati itu sudah saya kuasai maka nyaris tidak mungkin anda dengan semua teman anda di muka bumi ini untuk menegakkan ajaran Tuhan. Karena disitulah pusat kehidupan anda. Apalagi iman anda. Itu teman-teman anda yang lagak dan tindak lahirnya seperti orang beriman benar, anda jangan tertipu. Karena saya tahu persis apa yang terbetik di hatinya. Sayalah yang menggerakkan hatinya. Agar mereka ria, agar mereka dianggap beriman, agar mereka dianggap suci. Tapi mereka tidak tahu.

Itu sebanya kehidupan anda di Indonesia ini sudah kacau balau dalam segala bidang. Bahkan dalam bidang agama itu sendiri. Rata-rata mereka menganggap jihad itu adalah perang. Mengangkat sejata. Bom bunuh diri segala. Hahaha… kami komunitas setan tertawa melihat anda semua.

Tapi perang melawan korupsi, perang melawan ketidak-adilan, perang melawan kemunafikan, perang melawan kebodohan, perang melawan kemiskinan dan seterusnya dianggap tidak jihad. Kasihan dengan umat Islam seperti kaum anda. Makanya kuasai hati anda. Jangan terpengaruh oleh bisikan saya. Dan …satu lagi, anda jangan beragama seperti kesetanan. Namanya kesetanan berarti anda sudah bersekutu dengan saya.

Saya bocorkan satu lagi rahasianya ya...

Bantu hati anda dengan akal. Itu dua kekuatan yang saya takuti. Ilmu! Itu harus anda miliki jika tidak ingin tergelincir oleh godaan saya. Nalar! Beragama juga harus menggunakan nalar. Jangan sedikit-sedikit iman. Belum apa-apa iman.Sedikit-sedikit teriak Allahu Akbar sambil mengamuk segala macam. Anda kira itu iman???. Padahal saya yang menyusup. Darah anda yang terbakar itu bukan iman. Tapi sayalah yang memompanya.

Okey waktu saya tidak banyak. Saya permisi dulu ya.
Saya mau menghasut teman-teman anda dulu agar mereka lebih mengamuk lagi. Biar semuanya jadi kacau. Yang menggugat Islam dan yang membela Islam akan saya hasut semuanya agar benar-benar tidak bisa dibedakan lagi mana yang asli beriman dan mana yang tidak. Mana yang benar-benar jihad dan mana yang tidak. Termasuk saya juga akan masuk mesjid, untuk bersigayut di hati mereka yang sedang sholat. Agar benar-benar kacau semuanya. Agar benar-benar tidak bisa dibedakan lagi mana yang asli beriman dengan yang tidak antara mereka yang taat beribadah dengan yang tidak hahahaha….!


[sumber;wajibbaca.com]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar