Written by Zoom-Indonesia
Seorang anak buta duduk bersila di tengah jembatan penyebrangan. Anak itu pengemis, ia mengharapkan belas kasihan dari orang-orang yang berlalu lalang.
Sebuah kaleng bekas berdiri tegak di depannya dengan hanya beberapa keping uang receh di dalamnya, sedangkan kedua tangannya memegang sebuah potongan kardus usang yang bertuliskan “Saya buta, kasihanilah saya.”
Seorang wanita muda yang kebetulan lewat, merogoh sakunya, mengeluarkan beberapa keping uang receh, lalu memasukkannya ke dalam kaleng anak itu. Sejenak, wanita muda itu memandang dan memperhatikan tulisan pada kardus. Alisnya berkerut, ia seperti memikirkan sesuatu.
Ia kemudian meminjam potongan kardus yang dibawa anak itu, membaliknya, dan menuliskan beberapa kata di atasnya. Sambil tersenyum, wanita muda itu kemudian mengembalikan papan tersebut, lalu pergi.
Sepeninggal wanita muda tadi, uang recehan mulai mengalir lebih deras ke dalam kaleng anak itu. Kurang dari satu jam, kaleng anak itu sudah hampir penuh, sebuah rejeki yang luar biasa baginya.
Beberapa menit setelahnya, wanita muda tadi kembali menemui si anak buta, lalu menyapanya. Anak itu sangat berterima kasih padanya. “Apa yang Anda tulis disana?” tanyanya.
Wanita itu menjawab, “Saya menulis, ‘Hari yang sangat indah, tetapi saya tidak bisa melihatnya.’ Saya hanya ingin mengutarakan betapa beruntungnya orang yang masih bisa melihat. Saya tidak ingin orang memberikan uang hanya karena kasihan. Alangkah baiknya bila kita memberi atas dasar terima kasih karena telah diingatkan untuk selalu bersyukur.”
“Ketika hidup memberimu 100 alasan untuk menangis, tunjukkanlah bahwa masih ada 1000 alasan untuk tersenyum,“ lanjut wanita muda itu.
Seorang anak buta duduk bersila di tengah jembatan penyebrangan. Anak itu pengemis, ia mengharapkan belas kasihan dari orang-orang yang berlalu lalang.
Sebuah kaleng bekas berdiri tegak di depannya dengan hanya beberapa keping uang receh di dalamnya, sedangkan kedua tangannya memegang sebuah potongan kardus usang yang bertuliskan “Saya buta, kasihanilah saya.”
Seorang wanita muda yang kebetulan lewat, merogoh sakunya, mengeluarkan beberapa keping uang receh, lalu memasukkannya ke dalam kaleng anak itu. Sejenak, wanita muda itu memandang dan memperhatikan tulisan pada kardus. Alisnya berkerut, ia seperti memikirkan sesuatu.
Ia kemudian meminjam potongan kardus yang dibawa anak itu, membaliknya, dan menuliskan beberapa kata di atasnya. Sambil tersenyum, wanita muda itu kemudian mengembalikan papan tersebut, lalu pergi.
Sepeninggal wanita muda tadi, uang recehan mulai mengalir lebih deras ke dalam kaleng anak itu. Kurang dari satu jam, kaleng anak itu sudah hampir penuh, sebuah rejeki yang luar biasa baginya.
Beberapa menit setelahnya, wanita muda tadi kembali menemui si anak buta, lalu menyapanya. Anak itu sangat berterima kasih padanya. “Apa yang Anda tulis disana?” tanyanya.
Wanita itu menjawab, “Saya menulis, ‘Hari yang sangat indah, tetapi saya tidak bisa melihatnya.’ Saya hanya ingin mengutarakan betapa beruntungnya orang yang masih bisa melihat. Saya tidak ingin orang memberikan uang hanya karena kasihan. Alangkah baiknya bila kita memberi atas dasar terima kasih karena telah diingatkan untuk selalu bersyukur.”
“Ketika hidup memberimu 100 alasan untuk menangis, tunjukkanlah bahwa masih ada 1000 alasan untuk tersenyum,“ lanjut wanita muda itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar