KitaWritten by Zoom-Indonesia
Ayah Marilyn baru saja dimakamkan. Malam harinya, ia dan saudara-saudaranya berkumpul di rumah orangtua mereka untuk berembuk tentang tempat tinggal Ibu.
Ayah Marilyn meninggalkan lima anak dan Ibu, teman hidup Ayah mereka selama lima puluh empat tahun. Selama masih hidup, Ayah Marylin yang membantu ibu yang nyaris lumpuh total. Jadi, jelas bahwa Ibu kini tidak bisa tetap tinggal di rumah yang lama.
Sementara Ibu mendengarkan, perbincangan segera berubah menjadi sengit. Perbincangan lebih banyak terpusat pada biaya menanggung Ibu daripada tentang bagaimana sebaiknya menangani perawatannya.
Sementara mereka ribut bertengkar, rasa pedih semakin menusuk, dan rasa kehilangan ditambah pula oleh bayangan bahwa hubungan kekeluargaan mereka bisa hancur. Ibu hanya bisa mendengarkan tanpa daya.
Ketika pertengkaran sedang panas, mereka mendengar suara-suara menyanyikan lagu Natal, disusul bunyi ketukan di pintu. Mereka merasa lega karena bisa sejenak berhenti bertengkar, bergegas bangun dan melihat. Di luar, pekarangan dan beranda penuh dengan anak muda.
Mereka berdiri membisu sementara rombongan pembawa lagu-lagu Natal menyanyikan lagu “Damai di Bumi.” Setelah mereka selesai dan pergi, pintu pun ditutup kembali.
Saudara laki-laki Marylin yang paling tua berbisik, “Ayah mengirim mereka kemari. Ia mengingatkan kita agar menjaga tingkah laku dan mengurus kesejahteraan Ibu.”
Kata-kata itu membekas dalam hati, sehingga pertengkaran tak berlanjut dan mereka berhasil mengambil keputusan. Ibu akan tinggal bersama salah seorang saudara lelaki Marylin. Rumah tempat tinggal mereka semasa kanak-kanak kini kosong, tapi keluarga Marylin memperoleh kehidupan baru.
Apakah yang sebenarnya terjadi? Tuhan akan menegur hambaNya jika melakukan sesuatu yang buruk, dengan cara apapun. Dan hanya kesadaran diri masing-masinglah yang bisa menyadari ‘teguran’ itu dan segera memperbaiki diri.
(Chicken Soup for The Soul)
Ayah Marilyn baru saja dimakamkan. Malam harinya, ia dan saudara-saudaranya berkumpul di rumah orangtua mereka untuk berembuk tentang tempat tinggal Ibu.
Ayah Marilyn meninggalkan lima anak dan Ibu, teman hidup Ayah mereka selama lima puluh empat tahun. Selama masih hidup, Ayah Marylin yang membantu ibu yang nyaris lumpuh total. Jadi, jelas bahwa Ibu kini tidak bisa tetap tinggal di rumah yang lama.
Sementara Ibu mendengarkan, perbincangan segera berubah menjadi sengit. Perbincangan lebih banyak terpusat pada biaya menanggung Ibu daripada tentang bagaimana sebaiknya menangani perawatannya.
Sementara mereka ribut bertengkar, rasa pedih semakin menusuk, dan rasa kehilangan ditambah pula oleh bayangan bahwa hubungan kekeluargaan mereka bisa hancur. Ibu hanya bisa mendengarkan tanpa daya.
Ketika pertengkaran sedang panas, mereka mendengar suara-suara menyanyikan lagu Natal, disusul bunyi ketukan di pintu. Mereka merasa lega karena bisa sejenak berhenti bertengkar, bergegas bangun dan melihat. Di luar, pekarangan dan beranda penuh dengan anak muda.
Mereka berdiri membisu sementara rombongan pembawa lagu-lagu Natal menyanyikan lagu “Damai di Bumi.” Setelah mereka selesai dan pergi, pintu pun ditutup kembali.
Saudara laki-laki Marylin yang paling tua berbisik, “Ayah mengirim mereka kemari. Ia mengingatkan kita agar menjaga tingkah laku dan mengurus kesejahteraan Ibu.”
Kata-kata itu membekas dalam hati, sehingga pertengkaran tak berlanjut dan mereka berhasil mengambil keputusan. Ibu akan tinggal bersama salah seorang saudara lelaki Marylin. Rumah tempat tinggal mereka semasa kanak-kanak kini kosong, tapi keluarga Marylin memperoleh kehidupan baru.
Apakah yang sebenarnya terjadi? Tuhan akan menegur hambaNya jika melakukan sesuatu yang buruk, dengan cara apapun. Dan hanya kesadaran diri masing-masinglah yang bisa menyadari ‘teguran’ itu dan segera memperbaiki diri.
(Chicken Soup for The Soul)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar