katanyaWritten by Zoom-Indonesia
Seorang gadis kecil bernama Liz menderita penyakit langka dan serius. Satu-satunya kesempatannya untuk sembuh adalah transfusi darah dari adik laki-lakinya yang berusia 5 tahun, yang secara ajaib selamat dari penyakit yang sama dan telah mengembangkan antibodi yang diperlukan untuk memerangi penyakit itu.
Dokter menjelaskan situasi genting itu pada adik laki-lakinya, dan memintanya jika ia bersedia memberikan darah pada kakak perempuannya. Sesaat, ia terlihat ragu sebelum mengambil napas dalam-dalam dan berkata,
“Ya, saya akan melakukannya jika itu akan menyelamatkannya.”
Selama transfusi berlangsung, ia berbaring di ranjang di samping kakak perempuannya dan tersenyum, seperti yang semua orang lakukan, melihat warna hangat kembali ke pipi Liz.
Namun kemudian wajah adik laki-laki Liz memucat dan senyumnya memudar. Ia menatap dokter dan bertanya dengan suara gemetar, “Apakah saya akan mulai mati dengan segera?”
Karena masih kecil, anak laki-laki itu telah salah paham tentang maksud dokter, ia pikir ia harus memberikan semua darahnya untuk menyelamatkan kakak perempuannya.
Bahkan walaupun hanya salah paham, ketika ia tahu akan mempertaruhkan hidupnya, ia bersedia melakukannya demi menyelamatkan hidup kakak perempuannya. Inilah kebaikan dan cinta yang tulus, sederhana, tanpa syarat.
Dokter menjelaskan situasi genting itu pada adik laki-lakinya, dan memintanya jika ia bersedia memberikan darah pada kakak perempuannya. Sesaat, ia terlihat ragu sebelum mengambil napas dalam-dalam dan berkata,
“Ya, saya akan melakukannya jika itu akan menyelamatkannya.”
Selama transfusi berlangsung, ia berbaring di ranjang di samping kakak perempuannya dan tersenyum, seperti yang semua orang lakukan, melihat warna hangat kembali ke pipi Liz.
Namun kemudian wajah adik laki-laki Liz memucat dan senyumnya memudar. Ia menatap dokter dan bertanya dengan suara gemetar, “Apakah saya akan mulai mati dengan segera?”
Karena masih kecil, anak laki-laki itu telah salah paham tentang maksud dokter, ia pikir ia harus memberikan semua darahnya untuk menyelamatkan kakak perempuannya.
Bahkan walaupun hanya salah paham, ketika ia tahu akan mempertaruhkan hidupnya, ia bersedia melakukannya demi menyelamatkan hidup kakak perempuannya. Inilah kebaikan dan cinta yang tulus, sederhana, tanpa syarat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar